Lihat ke Halaman Asli

Pembelajaran Kolaboratif

Diperbarui: 18 Juni 2015   06:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan pendidikan formal pada tingkat menengah yang membekali peserta didiknya dengan keahlian dan ketrampilan di bidang tertentu dalam menghadapi dunia kerja. SMK mempunyai peran strategis dalam mendukung secara langsung pembangunan nasional, khususnya untuk mempersiapkan tenaga kerja yang terampil dan terdidik yang dibutuhkan oleh dunia industri. Sejalan dengan tujuan tersebut, maka siswa SMK dibekali pengetahuan dan ketrampilan sesuai jurusan masing-masing yang terangkum dalam mata pelajaran tertentu. Salah satu pengetahuan dan ketrampilan yang diberikan adalah pengetahuan gambar teknik yang terangkum dalam mata pelajaran Membaca Gambar Sketsa (MGS).

Tujuan diberikannya mata pelajaran MGS adalah agar siswa dapat memperoleh bekal berupa ketrampilan membaca gambar teknik sebagai persiapan sebelum praktik di bengkel pemesinan maupun fabrikasi. Proses pembelajaran yang banyak dilakukan pada mata pelajaran ini adalah belajar teori gambar teknik yang disampaikan dengan metode ceramah disertai tanya jawab dan praktik menggambar dengan secara manual yang didemonstrasikan langsung oleh guru. Praktik menggambar secara manual tersebut dilakukan sebagai upaya guru untuk mempermudah siswa dalam memahami gambar teknik.

Proses pembelajaran tersebut bisa dikatakan berjalan cukup baik, namun ada beberapa hal yang belum sesuai dengan yang diharapkan terutama mengenai pencapaian hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran MGS sering tidak optimal, dilihat dari prestasi belajar kognitif dan kurangnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran juga cenderung masih terfokus pada guru dan kurang terfokus pada siswa. Selain itu, siswa yang kurang aktif hanya menerima pengetahuan yang datang dari guru saja tanpa berusaha untuk menggali informasi dari sumber belajar yang lain

Melihat situasi di atas, maka perlu diterapkan suatu metode pembelajaran yang dapat melibatkan peran serta siswa secara menyeluruh, sehingga keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dapat meningkat. Selain itu, juga perlu merangsang siswa agar mau menggali lagi materi terkait dengan gambar teknik dari sumber belajar selain dari guru. Salah satu metode pembelajaran yang diketahui sesuai dengan pemaparan tersebut adalah metode pembelajaran kolaboratif. Dalam pembelajaran kolaboratif, diterapkan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok belajar yang dan setiap anggota kelompok tersebut harus bekerja sama secara aktif untuk meraih tujuan yang telah ditentukan dalam sebuah kegiatan dengan struktur tertentu sehingga terjadi proses pembelajaran yang penuh makna (Barkley, Cross dan Major, 2012: 5). Pada proses pembelajaran tersebut, siswa belajar bersama dan berbagi beban secara setara serta perlahan mewujudkan hasil pembelajaran yang diinginkan. Proses belajar dalam kelompok tersebut akan membantu siswa menemukan dan membangun sendiri pemahaman mereka tentang materi pelajaran yang tidak dapat ditemui pada metode ceramah yang terfokus pada guru.

Menurut Roberts (2004: 205), “Collaborative is an adjective that implies working in a group of two or more to achieve a common goal, while respecting each individual’s contribution to the whole”. Paz Dennen dalam Roberts (2004: 205), mengemukakan “Collaborative learning is a learning method that uses social interaction as a means of knowledge building”. Selanjutnya Bruffee dalam Roberts (2004: 205), menyatakan bahwa “educators must trust students to perform in ways that the teacher has not necessarily determined a head of time”, serta berpendapat bahwa “collaborative learning therefore implies that (educators) must rethink what they have to do to get ready to teach and what they are doing when they are actually teaching”.

Collaborative learning is an educational approach to teaching and learning that involves groups of learners working together to solve a problem, complete a task, or create a product. Collaborative learning is based on the idea that learning is a naturally social act in which the participants talk among themselves. It is through the talk that learning occurs (Hari Srinivas, 2012: 1).

Barkley, Cross dan Major (2012: 5), menjelaskan bahwa di dalam pembelajaran kolaboratif, diterapkan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok belajar yang dan setiap anggota kelompok tersebut harus bekerja sama secara aktif untuk meraih tujuan yang telah ditentukan dalam sebuah kegiatan dengan struktur tertentu sehingga terjadi proses pembelajaran yang penuh makna. Langkah-langkah dalam penerapan Metode Pembelajaran Kolaboratif menurut Barkley, Cross dan Major (2012: 45-140) terdiri dari lima langkah, yaitu a) mengorientasikan siswa; b) membentuk kelompok belajar; c) menyusun tugas pembelajaran; d) memfasilitasi kolaborasi siswa; dan e) memberi nilai dan mengevaluasi pembelajaran kolaboratif yang telah dilaksanakan.

Daftar Pustaka:

Barkley, Elizabert E., Cross, K. Patricia & Major, Clair Howell. (2012). Collaborative Learning Techniques: Teknik-teknik Pembelajaran Kolaboratif. Penerjemah: Narulita Yusron. Bandung: Penerbit Nusa Media.

Roberts, Timothy S. (2004). Online Collaborative Learning: Theory and Practice. London: Idea Group Inc.

Srinivas, Hari. (2012). What is Collaborative Learning?. Diakses dari http://www.gdrc.org/kmgmt/c-learn/what-is-cl.html, pada tanggal 06 Januari 2013 Pukul 18.09 WIB.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline