Sebuah Refleksi atas Komunikasi Pembangunan
Baliho APBDes Desa Birawan di Kecamatan Ile Bura Kabupaten Flores Timur dengan ukuran empat kali enam meter terpapang menggoda setiap orang. Godaan pada deretan potret dan angkah-angkah, pada rangkaian program tahunan. Semuanya terpapang jelas, bukan hanya angkah gelondongan tetapi sampai pada jumlah rupiah untuk konsumsi sebuah kegiatan. Terpampang tegak di pinggir jalan seolah mengajak setiap insan yang lewat untuk berhenti sejenak membaca rangkaian program.
Baliho APBDes hanyalah satu dari sekian media dan cara pemerintah desa menarasikan prinsip keterbukaan dalam tata kelola pemerintahan desa. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa merupakan dokumen yang lahir dari harapan publik dan ia terbuka untuk dibaca, dipertanyakan, didukung juga untuk dikritisi. Biasanya yang suka mengkritisi dan menentang adalah orang-orang yang umumnya tidak terlibat sejak awal pembahasan di tingkat dusun serta memiliki pemahaman terbatas.
Sebagai sebuah dokumen yang lahir dari suara, harapan publik, APBDes harus terus menerus disosialisasikan termasuk progres realisasi dan perencanaan yang akan dilakukan. Pemerintah hendaknya memanfaatakan setiap momentum pertemuan dengan warga untuk mengkomunikasikan progres implementasi APBDes. Proses komunikasi APBDes adalah sebuah seni Menarasikan Spirit APBDes.
Mengapa Perlu Menarasikan Spirit APBDes?
Struktur sosial budaya masyarakat Desa adalah masyarakat yang suka dengan cerita-cerita. Mereka suka berkumpul untuk sebuah cerita. Mengharapkan masyarakat membaca dokumen APBDes kemungkinan sangat kecil dan biasanya hanya dibaca oleh segelintir orang saja. Masyarakat umumnya lebih tertarik mendengar secara langsung. Ruang dialog yang disebut "Genua Ulu" adalah media yang sangat efektif untuk menyampaikan pesan nilai dari struktur APBDes.
Umumnya komunikasi yang dibangun hanya sebatas pada struktur anggaran dan rencana kerja saja tetapi nilai-nilai kehidupan yang hendak dibangun, dikemas, dikembangkan lupa untuk diceritakan. Sebuah pesan menjadi bermakna dan berdaya guna ketika pesan tersebut mampu menggerakan hasrat, jiwa orang untuk bergerak maju, mendukung sebuah program. Hal yang menggerakan jiwa orang adalah nilai luhur yang selama ini dilakoni tetapi tidak mampu dibahasakan, nilai yang selama ini diharapkan tetapi masyarakat gagap dalam menterjemahkan struktur nilai tersebut dalam struktur legalitas pembangunan.
Proses komunikasi APBDes adalah proses menarasikan pesan, nilai-nilai yang diperjuangkan bersama-sama, nilai-nilai yang diharapkan. Masyarakat didorong untuk bergerak melintasi batas stuktur keuangan menuju sebuah kesadaran akan keluhuran nilai yang menjiwai dan sebagai roh penggerak dalam kehidupan sosial budaya, dalam kesatuan relasi kosmic. Proses kesadaran menurut Randall Cassey " Muncul kesadaran bahwa unsur-unsur tradisional dari masyarakat zaman sekarang memasuki saluran-saluran komunikasi yang dapat menjadi sarana untuk merangsang pembangunan pedesaan dan yang sesuai dengan media massa dan para pekerja eksistensi. Saluran-saluran ini merupakan media rakyat yang menggunakan idiom-idiom lokal dan berbasis rakyat".
Pendapat Randall Cassey ini menegaskan bahwa proses komunikasi pembangunan harus mampu dikemas dalam khasana lokal. Sementara itu, pemerintah, menurut Dany Vardiansyah harus mampu mengemas komunkasi pembangunan yang disebut " Tindakan Komunikasi ". Menurut Dany, tidak semua tindakan manusia adalah tindakan komunikasi karena harus dilandasi motif komunikasi. Tindakan komunikasi dengan metode melalui "apa yang dipunyai" masyarakat disadarkan akan keluhuran nilai dari setiap aspek pembangunan.
Penggunaan idiom-idiom adalah cara menyampaikan pesan tanpa menggurui. Karena kesadaran lahir dari sebuah proses permenungan. Cerita timbul kesadaran masyarakat di Desa Birawan yang mulai berupaya melindungi penyu dan telur penyu adalah satu contoh kecil bagaimana peran komunikasi berbasis khasana tradisi sungguh mengefektifkan pesan konservasi penyu.
Hal ini dipertegas oleh Schramm" Hanya pada saat komunikasi dapat membangun dirinya sendiri ke dalam stuktur sosial sajalah, komunikasi akan menunjukkan harapan yang sebenarnya dari hasil-hasil eksistensinya. Hanya pada saat saluran-saluran media dapat bergabung dengan saluran-saluran pribadi dan organisasi di desa, Anda akan mendapatkan jenis pembangunan yang Anda inginkan".