Lihat ke Halaman Asli

"Menggores Pahat di Kerikil"

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

"mengenalmu bagaikan catatan di bentangan fajar, memahamimu laksana tarian petani dan siulan anak nelayan di tengah terik mentari. Mendengar kisahmu bagaikan lantunan camar berpamit senja".

di bentang garis pantai kau goreskan keraguan
di lengkungan kerikil bebatuan kau pahat harapan
di jarak tak menentu engkau menanti

kini
engkau kembali memahat dukamu
namun bukan untuk sebuah catatan
karna hanya goresan kecil terhapus hujan
menerpih serpih di ujung angin

hanya sejenak berlena di kursi tua
tubuhnu tak tahan untuk aroma ladang
hanya sesaat mimpi
tersegap duka empunya senja
karna hari mendung terus menggenang

tapi aku tetap bersyukur
ada wajah teduh pernah hadir
bergolek manja di kerasnya kursi petani
aromanya tersapuh angin laut
bersahut di sudut petak ladang

di sini kita berpisah
karna senja telah memanggil
untuk aku nyanyikan kidung rindu
menghibur penghuni ladang

dan engkau sahabatku
teruskan pahatanmu dengan nama baru
di kota yang pernah kita berbagi kisah

untuk dia gadis berkacamata......

Catatan anak petani

Uran Oncu , 13 Januari 2014




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline