Lihat ke Halaman Asli

Menatap Mentari Berdoa

Diperbarui: 24 Juni 2015   01:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Menatap Mentari Berdoa ****************** Kemarin, genap setahun awal sebuah kisah... sapaan senja itu membingkai senyap malam, menerbangkan serpihan tanya... di gelombang senyap mimpi, bidukku bergerak terobosi gelap malam samar cahaya bintang tunjukkan arah angin darat kembangkan layar menuju garis horizon menyambut mentari... gelombang senyap mimpi membekas tanya terpantul saat cahaya mentari membasuh muka di pelataran pagi serpihan rindu bergerak kembali dari empat penjuru angin menyatu rindu terobosi dingin pagi ahhhhh...mimpi semalam ... senyap diam... di garis horison waktu antara garis malam menyambut pagi sunyi... ada rindu bergelayut... menyapamu seperti senja kemarin.. kemarin genap setahun gelombang rindu semakin bergelora... senyap pagi semakin membunca bak tarian gelombang bergemuruh.... aku terus berkayu saat mentari membasuh muka aku rindu ada di sampingmu menatap mentari berdoa bagi Empunya Bumi aku rindu menggengam tanganmu rasakan rindu mengalir mendekap dirimu sebelum kita melangkah menuju ladang sapaan awal kemarin, setahun yang lalu bagaikan tarian musim menanam dan semuanya aku menuliskan di buku ini catatan harian anak petani saat kisa kita menyatu di Pelataran Altar Kudus kupersembahkan tulisan untukmu cinta yang menginspirasi aku kembali menjadi Petani……. [caption id="attachment_323597" align="aligncenter" width="300" caption="Panorama Pantai Selatan Lewotobi, Inspirasi sebuah Kehening Doa dan Kerja. Sumber Foto : Uran Oncu"][/caption] for Beloved MDs Catatan Harian Anak Petani Uran Oncu




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline