Dalam Islam, prinsip saling tolong-menolong merupakan nilai dasar yang diajarkan melalui Al-Qur'an dan Hadis. Allah SWT memerintahkan umat Islam untuk saling membantu dalam kebaikan dan ketakwaan, sebagaimana firman-Nya: "Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran." (QS. Al-Maidah: 2). Prinsip ini tidak hanya berlaku dalam hubungan antarindividu, tetapi juga dalam lingkup yang lebih luas, seperti keluarga, masyarakat, dan bahkan hubungan antarbangsa.
Salah satu hikmah dari menolong orang lain adalah bahwa pertolongan itu akan kembali kepada kita. Dalam Islam, setiap amal kebaikan, termasuk menolong orang lain, memiliki balasan dari Allah. Rasulullah SAW bersabda: "Allah akan senantiasa menolong hamba-Nya selama hamba tersebut menolong saudaranya." (HR. Muslim). Hadis ini menegaskan bahwa siapa saja yang meringankan beban orang lain, Allah akan mempermudah urusannya di dunia maupun di akhirat.
Menolong orang lain tidak hanya dalam bentuk materi, tetapi juga dapat berupa dukungan moral, nasihat, atau bahkan sekadar mendengarkan keluh kesah seseorang. Dalam Islam, nilai kebaikan tidak diukur dari besar kecilnya bantuan, tetapi dari niat tulus dan ikhlas dalam melakukannya. Rasulullah SAW bersabda: "Senyummu kepada saudaramu adalah sedekah." (HR. Tirmidzi). Hal ini menunjukkan bahwa tindakan kecil seperti senyum atau memberikan kata-kata penghibur pun memiliki nilai besar di sisi Allah.
Kisah-kisah dalam Al-Qur'an dan sejarah Islam banyak mengilustrasikan bagaimana pertolongan kepada sesama mendatangkan keberkahan. Salah satunya adalah kisah Nabi Musa AS yang menolong dua wanita di dekat sumur air. Karena kebaikan hatinya, Allah memberikan balasan berupa perlindungan dan jalan hidup baru ketika ia diundang ke rumah keluarga mereka dan akhirnya menikah dengan salah satu wanita tersebut (QS. Al-Qashash: 23-27).
Prinsip menolong akan tertolong juga tercermin dalam konsep ukhuwah Islamiyah atau persaudaraan Islam. Umat Islam diajarkan untuk merasa sakit jika saudaranya menderita, seperti tubuh yang ikut merasakan sakit jika salah satu anggotanya terluka. Rasulullah SAW bersabda: "Perumpamaan orang-orang beriman dalam kasih sayang dan kelembutan di antara mereka adalah seperti satu tubuh. Jika satu anggota tubuh sakit, seluruh tubuh ikut merasakan sakitnya." (HR. Bukhari dan Muslim).
Selain itu, prinsip ini menjadi landasan dalam menguatkan solidaritas sosial. Islam memandang bahwa kehidupan dunia penuh dengan cobaan, sehingga manusia perlu saling mendukung. Seseorang yang menolong orang lain, sebenarnya sedang menanam benih kebaikan yang akan ia petik di kemudian hari. Ketika seseorang membantu saudaranya keluar dari kesulitan, Allah akan membantunya keluar dari kesulitan yang ia alami, bahkan di saat ia tidak menyadarinya.
Dalam konteks kehidupan bermasyarakat, nilai tolong-menolong menjadi pilar penting dalam menciptakan harmoni. Sebagai contoh, zakat, infak, dan sedekah adalah bentuk nyata dari pertolongan yang diwajibkan atau dianjurkan dalam Islam. Melalui praktik ini, umat Islam diajak untuk berbagi kepada mereka yang membutuhkan, sehingga kesenjangan sosial dapat diminimalkan.
Penting untuk diingat bahwa pertolongan tidak harus menunggu diminta. Dalam Islam, orang yang proaktif memberikan bantuan kepada sesama mendapatkan pahala yang lebih besar. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda: "Barang siapa memberikan kemudahan kepada orang yang kesulitan, Allah akan memberikan kemudahan baginya di dunia dan akhirat." (HR. Muslim). Dengan demikian, membantu orang lain menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Namun, menolong orang lain harus dilakukan dengan niat ikhlas tanpa mengharapkan balasan dari manusia. Al-Qur'an menegaskan bahwa balasan sejati hanya berasal dari Allah. Firman-Nya: "Kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridaan Allah. Kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih." (QS. Al-Insan: 9).
Dalam kehidupan modern, nilai tolong-menolong sering kali tergerus oleh individualisme dan kepentingan pribadi. Namun, Islam mengingatkan bahwa keberkahan hidup tidak diukur dari seberapa banyak yang kita miliki, melainkan dari seberapa banyak yang kita bagikan. Ketika kita membantu orang lain, kita sejatinya sedang mengundang rahmat dan pertolongan Allah dalam hidup kita.
Prinsip ini juga berlaku dalam lingkup global. Islam mengajarkan bahwa umat manusia adalah satu keluarga besar. Oleh karena itu, membantu orang dari latar belakang berbeda pun tetap menjadi bagian dari ajaran Islam. Rasulullah SAW bahkan mencontohkan sikap peduli terhadap non-Muslim dalam beberapa peristiwa sejarah, seperti memberikan perlindungan kepada masyarakat Yahudi Madinah yang setia terhadap Piagam Madinah.