Berdasarkan data statistik Angka Melek Huruf masyarakat Indonesia dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Angka melek huruf Indonesia berdasarkan Susenas BPS 2020 usia 15-59 tahun adalah 98.29 persen (kemendikbud.go.id). Ini Merupakan kabar menggembirakan karena Indonesia berhasil menurunkan angka buta huruf masyarakatnya sebesar 5,39 dalam satu dekade terakhir.
Lalu apakah Indonesia boleh berbangga dengan hasil tersebut? Nyatanya Indonesia harus menahan rasa gembira itu karena peningkatan angka melek huruf Indonesia tidak berbanding lurus dengan hasil survei programme for International Student Assessment (PISA). Berdasarkan survei PISA dalam satu dekade terakhir peringkat Indonesia tidak pernah beranjak dari peringkat 10 besar dari bawah.
Lantas apa yang salah dengan pendidikan di Indonesia? Ternyata jika ditelusuri salah satu penyebab rendahnya nilai PISA ini karena rendahnya kemampuan literasi pelajar Indonesia. Kaum terpelajar di Indonesia masih pada tahap menghapal dan memahami bacaan belum pada tahap menganalisis dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga ketika diberikan persoalan yang menuntut kemampuan analisis yang baik, mereka masih mengalami kesulitan dalam memecahkannya.
Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) hadir untuk menjawab tantangan tersebut, melalui program KKN Tematik Literasi. Sebagai implementasi dari Tri Dharma perguruan tinggi yakni pengabdian kepada masyarakat.
KKN Tematik Literasi ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan literasi pelajar Indonesia. Melalui program-program literasi yang dibuat oleh mahasiswa KKN, harapannya secara perlahan kemampuan literasi pelajar Indonesia akan meningkat Sehingga nilai PISA Indonesia semakin membaik.
Keadaan di lapangan, sebagaimana yang penulis temukan di salah satu Madrasah Ibtidaiah (MI) yang ada di Kabupaten Bandung Barat. Seolah membuka mata bahwa tugas peningkatan literasi ini akan menjadi PR bersama selama beberapa tahun kedepan. Hal ini terlihat dengan pasang surutnya kegiatan literasi yang ada di sekolah terlebih lagi di saat pandemi seperti sekarang.
Kegiatan literasi di sekolah benar-benar harus menjadi kesadaran semua pihak di sekolah. Sehingga kegiatan literasi ini menjadi sebuah program yang terintegrasi dalam kegiatan pembelajaran. Salah satu upaya pengintegrasian dalam pembelajaran adalah pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang mendukung kegiatan literasi.
Selain itu, sumber bacaan harus dapat diakses semudah mungkin baik dalam bentuk fisik maupun digital. Contoh penyediaan bahan bacaan secara digital yaitu dengan membuat perpustakaan digital yang berisi buku-buku atau sumber bacaan yang mendukung budaya literasi.
Dengan upaya pengintegrasian budaya literasi dalam pembelajaran dan penyediaan bahan bacaan yang mudah diakses. Serta kesadaran semua pihak baik lembaga, siswa maupun orang tua. Saya percaya perlahan tapi pasti budaya literasi bangsa Indonesia akan semakin baik, dan kualitas pendidikan Indonesia juga kan terus meningkat.