Lihat ke Halaman Asli

Untung Wahyudi

Penulis Lepas di Beberapa Media Cetak dan Online

Kunci Sukses Memasuki Dunia Kampus

Diperbarui: 18 Juni 2015   03:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14082766871940386751

Judul: The Bego Ideas (For College Students)

Penulis: Tim Akademi Bercerita Bentang

Penerbit: Bentang Belia, Jogjakarta

Cetakan: Pertama, Juni 2014

Tebal: viii + 192 Halaman

ISBN: 978-602-1383-05-6

Tahun pelajaran baru telah tiba. Berbagai perguruan tinggi pun selesai melakukan seleksi mahasiswa baru untuk tahun pelajaran 2014-2015. Berbagai jenis seleksi masuk telah dilakukan. Dari yang melalui jalur PMDK, SMPTN, hingga jalur mandiri. Ribuan mahasiswa dari seluruh pelosok negeri berbondong-bondong mendaftarkan diri untuk memasuki perguruan tinggi yang selama ini mereka minati.

Hidup di kampus memang membutuhkan berbagai persiapan. Tidak hanya finansial, tetapi juga mental untuk hidup mandiri di tanah rantau. Karena, tidak sedikit mahasiswa yang datang ke kota justru dari luar daerah, bahkan luar pulau. Semua itu membutuhkan keberanian, ketekunan, dan juga kesiapan mental untuk hidup jauh dari orangtua.

The Bego Ideas yang disusun Tim Akademi Bercerita Bentang Pustaka bisa menjadi salah satu buku panduan praktis bagi mahasiswa yang ingin hidup di perguruan tinggi. Sekilas, judul buku ini terkesan tidak serius. Namun, meskipun dikemas laiknya buku-buku humor yang sarat dengan kekonyolan, isinya sarat dengan pembelajaran yang bisa dipraktikkan.

Bagi mahasiswa baru, setelah dinyatakan lulus seleksi tes masuk, maka yang tergambar dalam pikirannya adalah masa-masa orientasi kampus yang lazim disebut OSPEK. Masa orientasi ini biasanya dilaksanakan untuk mengenalkan dunia kampus kepada para mahasiswa yang baru menginjakkan kaki di perguruan tinggi. Tempat mereka akan belajar selama empat-lima tahun ke depan. Bergantung pada situasi dan kondisi. Bagi mahasiswa yang rajin, maka bisa jadi mereka lulus tepat waktu. Namun sebaliknya, tak sedikit dari mahasiswa yang justru tidak lulus-lulus karena tak kunjung menyelesaikan tugas akhirnya.

Dalam bab pertama buku ini, penyusun memberikan tip sukses mengikuti OSPEK. Sebagaimana lazim diketahui, dalam kegiatan OSPEK tidak hanya dibutuhkan mental yang kuat, tetapi juga fisik yang sehat. Mustahil para mahasiswa bisa mengikuti kegiatan dengan baik, jika kondisi tubuhnya tidak sehat. Dalam sehari, mahasiswa biasanya harus melakukan kegiatan di lapangan selama kurang lebih empat jam. Belum lagi kalau ada game ketangkasan antarkelompok yang mengharuskan menaklukkan berbagai rintangan. Kadang, mahasiswa juga diberi hukuman berupa push-up atau scout jump yang disebabkan oleh berbagai kesalahan.

Maka, dalam OSPEK, yang perlu dipersiapkan adalah mental yang kuat. Kalau mental sudah kuat, mahasiswa baru akan tahan banting meskipun nanti akan diberi berbagai kegiatan yang kadang tidak masuk akal oleh senior (halaman 4).

Hal lain yang kadang membuat mahasiswa baru pusing adalah ketika harus memilih mata kuliah. Berbeda dengan masa sekolah yang jadwal pelajarannya sudah ditentukan, ketika kuliah mahasiswa harus memutuskan sendiri mau mengambil mata kuliah apa. Sayangnya, banyak mahasiswa baru yang belum bisa memilih mata kuliah dengan baik dan benar. Padahal, salah-salah bisa berakibat fatal pada nilai dan keberlangsungan hidup mereka sebagai mahasiswa baru.

Salah satu tip yang bisa dicoba adalah mencari mata kuliah dengan dosen “Berhati Malaikat”. Maksudnya, dosen yang suka memberikan nilai bagus bagi mahasiswanya. Sebagaimana biasa, sifat dosen juga bermacam-macam. Ada yang supergalak, baik hati, hingga yang bersikap toleran kepada mahasiswa. Intinya adalah, bagaimana nanti supaya bisa mendapatkan nilai bagus (halaman 15).

Masih banyak tip yang bisa dipraktikkan oleh mahasiswa baru dalam buku 192 halaman ini. Dari tip bagaimana agar tebiasa bangun pagi, bagaimana memilih organisasi mahasiswa yang juga penting diikuti, jurus-jurus jitu mengikuti UAS, hingga tip bagaimana memanfaatkan waktu di perpustakaan.

Di bagian akhir buku ini juga dilengkapi berbagai tip memilih judul skripsi yang baik. Ini penting bagi mahasiswa tingkat akhir yang selalu merasa kebingungan dengan judul skripsi yang kerap mendapatkan penolakan dari dosen pembimbing. Beberapa karakter dosen pembimbing skripsi juga bisa dikulik dalam bab bagaimana memilih dan mengenal tipe-tipe dosen pembimbing. Hal ini penting diketahui, karena biasanya banyak dosen yang susah ditemui, atau “jual mahal” ketika akan didatangi mahasiswanya. Tetapi, juga tidak sedikit dosen yang perhatian dan selalu menyemangati mahasiswa bimbingannya agar cepat menyelesaikan skripsi, sehingga bisa lulus tepat waktu dan selamat dari predikat “mahasiswa abadi” atau mahasiswa bangkotan (halaman 165).

Buku ini bisa menjadi panduan atau buku saku mahasiswa baru untuk menjalani kehidupan di kampus. Tip-tip yang ada dalam buku ini bisa dipraktikkan langsung, sehingga mereka bisa dengan nyaman menjalani dunia baru bernama kampus. Dunia yang tentu sangat berbeda dengan dunia sekolah. (*)

*) Diresensi Untung Wahyudi, Lulusan UIN Sunan Ampel, Surabaya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline