Lihat ke Halaman Asli

Untung Wahyudi

Penulis Lepas di Beberapa Media Cetak dan Online

Membentuk Pribadi Kreatif dengan Kebiasaan Positif

Diperbarui: 18 Juni 2015   01:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14102885671814078232

Judul: The 9 Golden Habits for Brighter Muslim

Penulis: dr. H. Agus Sukaca, M. Kes.

Penerbit: Bunyan, Yogyakarta

Cetakan: Pertama, Februari 2014

Tebal: xxii + 226 Halaman

ISBN: 978-602-291-015-2

Kesuksesan setiap orang bukanlah sesuatu yang instan, melainkan melalui berbagai proses yang terus dicoba dan dipertahankan. Kebiasaan baik yang senantiasa dilakukan akan menghasilkan sesuatu yang baik pula. Begitupun sebaliknya. Karena itu, memiliki kebiasaan yang baik dan kreatif penting demi meraih keberhasilan di masa akan datang.

Setiap manusia diberi Tuhan potensi untuk menjalani hidup ini, agar senantiasa berikhtiar untuk mendapatkan apa yang dicita-citakan. Tanpa usaha yang maksimal, mustahil kita akan mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan. Namun, sering kali kita merasa kurang percaya diri dan merasa pesimis untuk menjalani kehidupan ini. Padahal, manusia adalah makhluk luar biasa yang diciptakan Tuhan di muka bumi ini. Hal ini sebagaimana dipaparkan Agus Sukaca dalam buku The 9 Golden Habits for Brighter Muslim. Dalam buku ini, penulis memaparkan banyak hal tentang kelebihan dan potensi manusia yang seharusnya bisa digunakan secama maksimal.

Menurut Agus Sukaca, Tuhan membekali manusia dengan akal yang dengannya manusia dapat hidup secara kreatif. Pikiran merupakan alat ukur manusia untuk memilih sesuatu yang dinilainya baik dan menjamin masa depan dirinya dan keluarganya. Pikiran lah yang membedakan manusia dari makhluk hidup lainnya, sekaligus kelebihan utamanya.

Struktur tubuh yang dianugerahkan Tuhan kepada manusia begitu istimewa. Diberikan indra untuk mengetahui keadaan lingkungan: indra penglihatan yang dilakukan oleh mata, indra pendengaran oleh telinga, indra pencium oleh hidung, indra pengecap oleh lidah, dan indra perasa oleh seluruh permukaan tubuh. Diberikan pula anggota gerak untuk melakukan tindakan-tindakan berupa tangan dan kaki (halaman 3).

Semua itu menunjukkan bahwa, betapa besarnya nikmat dan karunia hidup yang diberikan Tuhan kepada manusia. Dengan semua kelebihan itu, manusia dituntut untuk berusaha, sehingga bisa menjadi pribadi yang baik, mandiri, dan berhasil. Tidak hanya di dunia, tetapi juga di akhirat kelak. Sungguh merugi jika kita tidak mau menggunakan semua itu dengan baik, apalagi menyia-nyiakan kesempatan yang ada.

Dalam buku ini, penulis dengan sangat detail menjelaskan kebiasaan-kebiasaan emas yang penting dilakukan oleh manusia selama masih diberi nikmati hidup di dunia. Kebiasaan-kebiasaan itu antara lain adalah; tertib salat; tertib berpuasa sunah; tertib zakat, infak dan sedekah; tertib beradab islami; tertib tadarus Al-Quran; tertib membaca setiap hari; tertib menghadiri pengajian; tertib berjemaah dan berogranisasi; serta berpikir positif.

Tertib salat yang dimaksud oleh penulis adalah, sebagai makhluk, manusia diciptakan untuk menyembah sang Pencipta. Dalam kebiasaan tertib ibadah salat inilah manusia bisa dengan maksimal menggunakan waktu-waktu ibadah yang telah ditentukan. Baik itu ibadah salat wajib, maupun salat-salat sunah yang dilakukan untuk menambah pahala.

Kenapa harus tertib salat? Karena, dalam salat kita akan menemukan macam-macam spirit bahwa salat itu adalah bentuk pengakuan bahwa kita adalah makhluk yang lemah dan banyak dosa. Spirit salat lainnya adalah sebagai bentuk pernyataan bahwa manusia itu hanya mengabdi kepada Allah Swt. bukan kepada hal yang lainnya.

Sementara kebiasaan tertib berpuasa sunah berkaitan erat dengan pembiasaan diri memupuk kesabaran dengan cara berpuasa. Bagi umat Muslim, selain diwajibkan berpuasa pada bulan Ramadan, juga disunahkan untuk berpuasa di hari-hari lainnya seperti puasa Senin-Kamis yang merupakan sunah Rasulullah, puasa pada hari-hari baik seperti pada bulan Muharam, atau Dzulhijjah.

Sementara itu, kebiasaan beinfak dan bersedekah juga semestinya dilakukan oleh umat Muslim. Hal ini agar kita sadar bahwa, segala nikmat dan kekayaan yang dimiliki manusia itu bukan semata-mata milik manusia, tetapi juga hak orang-orang yang membutuhkan. Kita bisa berinfak dan bersedekah kepada orang yang tidak mampu, anak-anak yatim, atau ke masjid-masjid.

Tertib membaca setiap hari adalah kebiasaan baik yang juga bisa dilakukan. Demi menambah informasi, selain membaca Al-Quran yang merupakan sebuah rutinitas yang lazim dilakukan oleh umat Muslim, membaca buku-buku keagamaan atau buku-buku umum juga penting dilakukan demi menambah informasi. Hal ini agar kita tidak ketinggalan informasi. Membaca buku dan surat kabar adalah kebiasaan emas yang perlu dipertahankan agar kita tidak menggunakan waktu-waktu luang untuk hal-hal yang kurang bermanfaat. Maka, membaca intensif setiap hari adalah salah satu cara agar kita bisa menambah informasi dari luar.

Sementara kebiasaan-kebiasaan lain seperti berjemaah, berogranisasi dan mengikuti pengajian adalah kebiasaan yang akan menambah tali silaturahim dengan orang-orang sekitar. Sebagai makhluk sosial, manusia dituntut untuk berinteraksi dengan orang lain atau tetangga agar tercipta kerukunan dan kedamaian. Karena, kehidupan yang serba individualis adalah kebiasaan buruk yang tidak pantas dilakukan, apalagi menjadi kebiasaan.

Karena itu, sudah seyogianya untuk menjalin hubungan dengan orang lain dengan mengikuti organisasi seperti karang taruna, majelis-majelis taklim, dan semacamnya. Jika semua itu sudah menjadi kebiasaan, maka nanti kita akan menjadi manusia yang peduli dengan lingkungan sekitar, tidak hanya memikirkan diri sendiri. Hal ini senada dengan apa yang disampaikan Rasulullah dalam sebuah hadis bahwa, “Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain.”

Dengan buku ini, kita bisa banyak belajar menciptakan kebiasaan-kebiasaan baik dan hebat yang bisa kita praktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Maka, seperti yang dipaparkan penulis dalam buku inspiratif ini, kita perlu untuk mengevaluasi kebiasaan-kebiasaan baik yang dipaparkan di atas. Buku ini juga dilengkapi berbagai macam form evaluasi yang bisa kita isi untuk mengukur kadar kemampuan kita mempertahankan kebiasaan-kebiasaan di atas (halaman 184).

Apa yang dipaparkan penulis dalam buku ini bisa menjadi pedoman sekaligus pembelajaran agar kita memiliki kebiasaan-kebiasaan baik yang bisa dipraktikkan demi membentuk pribadi yang kreatif, berprestasi dan aktivitas jadi terprogram dan terarah. Dengan begitu, kita akan menjadi manusia yang senantiasa hidup dalam kebaikan, berdisiplin dan bermanfaat. Tidak hanya bagi diri sendiri, tetapi juga bagi orang lain. [Untung W.]




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline