Lihat ke Halaman Asli

Untung Dwiharjo

Tinggal di Surabaya

Belajar untuk Mengantisipasi Masa Depan

Diperbarui: 1 Desember 2021   07:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kini banyak pemuda lulusan SMU atau sederajat yang berbondong-bondong untuk meneruskan studi kuliah di perguruan tinggi. Karena pendidikan tinggi adalah salah satu pintu gerbang menuju kesuksesan di masa depan.Tapi kadang harapan tidak selalu indah seperti  yang dibayangkan. Sebagaimana data BPS yang mencatat sarjana yang menganggur hampir 1 juta pada Februari 2021.

Sebenarnya dengan melihat data pengganguaran sarjana kita bisa melihat bahwa sekolah atau kuliah itu tidak menjamin masa depan cerah sesuai harapan kita. Tapi memang  kuliah adalah semacam belajar untuk mengantisipasi masa depan. Dalam artian  ketika kuliah  disana diajarkan secara teori dan ketrampilan yang bisa diserap oleh mahasiswa dari dosen lewat materi kuliah. Disamping  di jenjang kuliah juga ada berbagai kegiatan di luar pembelajaran seperti organisasi mahasiswa baik di dalam kampus maupun di luar kampus.

Semuanya itu untuk menunjang ketrampilan mahasiswa kelak setelah lulus terjun ke masyarakat bisa mememenuhi kebutuhan pasar tenaga kerja dan bisa bertahan di tengah persaingan hidup yang ketat. Jadi kuliah dipahami secara pragmatis  oleh sebagaian besar besar kalangan  masyarakat agar cepat atau mudah mendapatkan pekerjaan. Walaupun dalam kenyataan mungkin bisa lain ceritanya.

Belajar Harus Menjadi Prioritas

Sesunguhnya belajar itu tidak harus kuliah atau lewat sekolah tapi yang lebih pentng adalah sekolah di alam kehidupan yang mengajarkan  manusia akan masalah sesungguhnya yagng dihadapi, dibanding dengan dengan jenang pendidikan sekolah atau perguruan tingi yang banyak mengajarkan  pengetahuan atau realitas  yang kadang sifatnya di atas kertas (buku) yang serba ideal  tapi kadang realitas di atas kertas tidak sama dengan realitas didunia kenyataan di masyarakat.

Kadang apa diajarkan di ruang kelas adalah fenomena atau materi lama yang kadang usang atau materi lama yang kadang ketinggalan zaman. Makanya salah seorang dosen dalam sebuah webinar tentang sebuah buku materi kuliah mengatakan bahwa materi-materi kuliah harusnya megajarkan materi meteri masa depan  bukan materi kuliah yang isinya masa lalu.

Oleh karena itu maka belajar sudah seharusnya menjadi prioritas yang dilakukan generasi muda. Tidak harus kuliah atau sekolah  formal tetapi belajar untuk memehami tantangan masa depan agar bisa terus relevan dengan tantangan zaman. Karena itu saya sepaham dengan apa yang dikemukakan oleh Prof. Dr. Utami  Munandar yang mengetakan bahwa belajar hendaknya menjadi prioritas lebih-lebih belajar untuk melihat ke depan, yakni belajar untuk mengatisipasi realitas. Ini menjadi penting bagi anak dan remaja yang hidup dalam era globalisasi  atau era  revolusi Industri 5.0. yang menuntut keterbukaan dan kelenturan dalam pemikiran, serta kemampuan dalam  memecahkan masalah nonrutin secara kreatif dan kritis (Syah, 2003).

Dengan kata lain, bagi remaja agar bisa bertahan dari persaingan kehidupan dunia kerja dan kehidupan maka seyognya selalu belajar baik formal  melalui sekolah dan kuliah di Perguruan Tinggi  (PT) juga perlu pendidikan penunjang baik informal maupun non formal.  Sehingga dapat mengikuti perekembangan dan  mampu menjawab tantangan di zamannya.

Belajar Untuk Mengantisipasi Masa Depan 

Masa sekarang dimana dikenal sebagai zaman ketidakpastian karena perubahan demikian cepat. Maka sebagai manusia kita dituntut untuk selalu belajar setiap waktu dan saat  serta setiap ada kesempatan. Karena bagimanapun juga setiap pengetahuan baru manusia nerupakan kemajuan absolut. Tidak ada jalan kembali. Proses belajar tidak dapat diputar kembali.

Karena masa depan di era revolusi industri 5.0 penuh dengan ketidakpastian dimana perubahan berjalan sangat cepat, maka proses belajar juga mengalami perubahan. Kalau dulu zaman tahun 80-90an model belajar yang ada waktu itu adalah cari nilai target SKS atau cara menghafal  model pelajar SLTP dan SMU hingga mematikan kreatifitas berpikir siswa dan mahasiswa. Justru sekarang kreatifitaslah yang dipacu agar para pembelajar dapat sukses menapaki anak zaman yang penuh gejolak yang penuh dengan turbulensi ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline