Lihat ke Halaman Asli

Untuk Negeri

pembuat kopi di jaringan gusdurian

SAUDARAKU, MANUSIA ITU HIDUP SEBAGAI PEMBELAJAR

Diperbarui: 6 Mei 2021   06:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

abiwarafundations

Tanggal 2 mei kemarin diperingati sebagai hari pendidikan nasional, namun sadarkah bahwa kita saat ini terbius akan hal tersebut?, bahwa kita mengingat pendidikan itu penting, belajar itu penting, hanya saja mengapa kita ramai membicarakan hal itu momentum pada setiap tanggal 2 mei?. Kita mungkin sadar pendidikan itu penting, tapi kita juga mungkin lalai pendidikan itu pentingnya dimana.

Menyoal berbagai persoalan tentang pendidikan, mulai permasalah kesenjangan, dana bos yang belum maksimal, sarana prasarana kurang mendukung, gaji guru, hingga yang lebih terkini terkait dengan kendala pembelajaran saat badai pandemic Covid-19 menerjang. Lagi-lagi pihak-pihak tertentu yang menjadi sorotan perbincangan. Pernahkan kita bertanya pada pribadi kita masing-masing, terkait sumbangsih kita untuk pendidikan kita pribadi, keluarga kita, orang disekeliling kita?. Saudara yang bisa menjawabnya.

 Apalah arti sebuah slogan, kata-kata mutiara, akan pentingnya belajar, kalau kita sendiri tanpa sadar tidak mau untuk sadar. Terbius aktifitas yang berorientasi materi, hingga lalai belajar menata diri. Bukan berati penulis menjadi seorang yang sempurna, sangat naf jika penulis tak mengakui kelemahan diri.

Saudaraku, Manusia sejak lahir hingga meninggal itu tidak luput dari sebuah proses belajar. Setiap aktifitas nya bisa kita katakan, dan dimaknai sebagai belajar (dalam konteks yang luas). Maka manusia dilahirkan sebagai pembelajar. Namun  apakah ini disadari?, mari kita mencari jawaban bersama!.

Belajar tak selalu dimaknai aktifitas didepan meja, menghadap papan tulis, memegang pena, namun lebih daripada itu. Kita pahami bersama belajar adalah proses menempa diri, untuk menjadi pribadi yang baik. Dimana pun tempatnya bisa kita jadikan sekolah-sekolah yang hidup untuk kita gunakan menimba ilmu, dan kepada siapapun, kita bisa belajar. Pada akhirnya belajar menjadikan kita seorang yang berilmu tanpa memiliki rasa paling berilmu, memberi teladan, dan meneladani tanpa harus menggurui.

Buah akan ilmu bukan melahirkan manusia berkasta-kasta dan bermental sertifikat. Ilmu itu hidup dalam setiap sendi kehidupan kita. Dan orang-orang yang belajar tidak ditandai atas sertifikat ataupun ijazah, melainkan perubahan atas pola pikir, cara pandang, sikap, etika, cara hidup bersama, dll, kearah yang lebih baik.

Anton Samsuri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline