Lihat ke Halaman Asli

Dari Jepara Ke Surabaya, Hingga Jadilah Seorang Juara

Diperbarui: 25 Juni 2015   04:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1337838126726055734

Pada tanggal 16 Juni 1990 di kota Jepara lahirlah seorang bayi perempuan mungil di tengah keteduhan sebuah keluarga kecil. Kedua orang tuanya menganugerahkan nama lengkap Yosephine Yulia Margaretha. Lahir dari pasangan Bambang Yanto, seorang karyawan biasa, dan Rahel Zumroh, yang bekerja dibidang Marketing. Ia adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Yosephine, begitulah teman-teman memanggilnya, mengikuti jenjang pendidikan seperti anak-anak Indonesia pada umumnya. Yosephine memulai pendidikan dasarnya di SD Masehi. Selepas dari sekolah dasar, Yosephine melanjutkan pendidikan menengah di SMPN 1, kemudian SMAN 1 Kudus.

Hingga pada suatu ketika, Yosephine memutuskan untuk meninggalkan kota tanah kelahirannya. Sebuah langkah awal untuk meraih sebuah impian. Sebuah langkah awal pula untuk menyambut sebuah masa depan dengan penuh harapan. Harapan untuk selalu memberikan yang terbaik dalam setiap hal untuk Tuhan, Orang tua, dan Bangsa. Harapan itu tumbuh dengan sesuai dengan apa yang selalu menjadi motto hidupnya “Give The Best for God”.

Pada tahun 2005, ia sampai di kota Surabaya dan bergabung dengan Fakultas Teknik Jurusan Teknik Kimia Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS). Jurusan Teknik Kimia menjadi pilihan hatinya, karena memang bidang itulah yang menjadiminatnya. Ia sejak masuk dan bergabung sebagai keluarga besar UKWMS semakin diasa dalam hal keorganisasian. Bakatnya dalam bidang organisasi semakin berkembang pesat dalam wadah-wadah organisiasi kemahasiswaan di UKWMS. Keluarga besar UKWMS bisa turut berbangga karena nantinya akan terbukti bahwa gadis dari Jepara tersebut akan membawa nama harum Almamaternya sampai ke negeri seberang.

Gadis pecinta Seni dan Musik ini, hingga saat ini dalam tingkat semester VIII, aktif dalam berbagai organisasi kemahasiswaan seperti Bendahara Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Teknik Kimia, Koordinator Hubungan Intern Mahasiswa, Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Teknik Kimia, dan Koordinator Kesekretariatan, Chemical Engineering Challenge and Competition (CECC). Selain aktif di organisasi kemahasiswaan, ia juga aktif dalam organisasi lainnya seperti menjadi Bendahara Yayasan TK OASIS Sidoarjo dan juga pernah menjadi pengurus organisasi gereja.

Pembawaan dirinya yang tenang seolah tidak menandakan kemampuan yang besar dalam dirinya. Namun tepatlah seperti apa yang dikatakan oleh seorang pepatah, bahwa padi semakin berisi akan semakin merunduk. Artinya, kedalaman intelektual seharusnya diikuti dengan kematangan secara kepribadian. Hal tersebut terbukti dengan berbagai penghargaan yang telah ia raih dalam berbagai kejuaraan. Antara lain, Juara II Lomba Pemilihan Peneliti Remaja Indonesia (PPRI X) yang diadakan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), 2-5 Oktober 2011, Juara I pada kompetisi CLEANERGY FAIR 2011 yang diselenggarakan oleh Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dalam ASEAN Fair 2011 21-24 November 2011, Juara III Product and Process Innovation(PPI) 2011 yang diadakan oleh Jurusan Teknik Kimia UKWMS.

Kemudian ia juga pernah menjadi Pemakalah dalam Seminar Fundamental dan Aplikasi Teknik Kimia (SNAFTK) 2011 yang diselenggarakan oleh Jurusan Teknik Kimia ITS pada 15 November 2011, Juara 3 Lomba Rancang Pabrik Tingkat Nasional (LRPTN XII) yang diadakan oleh ITB (pada 24-26 April 2012), dan terakhir yang sungguh paling membanggakan adalah Medali emas dan Trofi Best Award kategori A dalam ajang i-ENVEX 2012 di Penang, Malaysia (27-30 April 2012).

Untuk selanjutnya, kita akan mencoba mendalami prestasi terkhir yang ia raih, yaitu medali emas dan Trofi Best Award kategori A dalam ajang i-ENVEX 2012 di Penang, Malaysia. Prestasi tersebut sesungguhnya bukanlah sembarang prestasi. Lomba tersebut diikuti oleh sekitar 300 orang peserta yang berasal dari 13 negara. Dalam kejuaraan tersebut, Yosephine dan seorang rekannya menampilkan sebuah hasil penelitian yang berkaitan dengan pembuatan bio diesel yang berasal dari limbah cangkang keong sawah. Lebih dalam, cangkang keong sawah yang selama ini sering dianggap mengganggu oleh para petani, ditangannya menjadi sebuah benda yang bernilai manfaat yang besar bagi kehidupan manusia.

Demikianlah bahwa ilmu pengetahuan hendaknya memang sampai pada tahap sebuah sumbangan bagi kehidupan bersama dalam masyarakat dan alam. Artinya, ilmu pengetahuan tidak boleh berhenti pada seperti sebuah “mansturbasi” dari pikiran, melainkan aplikasi dalam kehidupan nyata. Hal tersebut memang tidak lepas dari pengejawantahan dari motto UKWMS yaitu “a life-improving university”. Yosephine dan rekannya adalah salah satu contoh dari aktualisasi dari ilmu pengetahuan. Apa yang ia dan rekannya lakukan sekaligus menjadi pembuktian ketidak sesuaian berbagai beberapa kritik yang menganggap bahwa ilmu pengetahuan hanya sekedar teori yang mengawang-awang dan tidak sesuai dengan realitas.

Penelitian tersebut berawal dari sebuh keprihatinan akan keberadaan dari minyak bumi sendiri yang secara perlahan akan habis karena peningkatan penggunaan bahan bakar fosil yang berlebihan dalam berbagai aktivitas.Karena minyak bumi tidak dapat diperbarui, pencarian bahan bakar alternatifmulai dilakukan oleh banyak peneliti. Salah satu bahan bakar alternatif yang telah dikembangkan selama bertahun-tahun adalah biodiesel. Biodiesel dapat dihasilkan melalui reaksi transesterifikasi dengan menggunakan katalis homogen (cair) atau heterogen (padat).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan katalis heterogen baru dari cangkang keong sawah. Untuk menguji efektivitas katalis, dilakukan reaksi transesterifikasi minyak kelapa sawit. Penelitian ini dibagi menjadi beberapa proses: persiapan dan karakterisasi bahan baku, katalis padat, transesterifikasi minyak kelapa sawit, karakterisasi biodiesel. Cangkang keong sawah dikalsinasi (dibakar) pada suhu 900°C selama dua jam untuk mengkonversi CaCO3 menjadi CaO. Reaksi transesterifikasi dilakukan dengan memvariasikan perbandingan mol antara minyak dengan metanol dan jumlah dari katalis. Dari hasil penelitian, Dari percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa cangkang keong sawah dapat digunakan sebagai katalis yang efektif untuk pembuatan biodiesel dari minyak kelapa sawit. Hasil maksimal yield biodiesel yang diperoleh adalah sebesar 96%.

Secara singkat, dengan kata lain penelitian yang Yosephine dan rekannya lakukan adalah menggunakan cangkang keong sawah yang memang mengandung kalsium dan lainnya untuk mengganti bahan baku dari bahan minyak bumi. Sehingga dampak polusi akan berkurang dan keberadaan minyak bumi tidak akan terancam keberadaannya. Upaya kreaif yang ia lakukan semoga member inspirasi bagi orang lain. Teruslah berkarya dan berprestasi, Yosephine, bagi diri sendiri, orang tua, bangsa, and last but not least bagi Tuhan-mu. Terbanglah tinggi namun tetap berpijak pada realitas kehidupan, seperti sebuah layang-layang yang terbang tinggi namun tetap terikat pada talinya. Bawalah seluruh bekal yang telah kamu terima dari UKWMS, kami semua senantiasa mendoakanmu. (Kristo)

Sumber artikel dari www.wima.ac.id

*) Tulisan ini dipersembahkan oleh HUMAS Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS) kepada Yosephine Yulia Margaretha, pemenang Medali emas dan Trofi Best Award kategori A dalam ajang i-ENVEX 2012 di Penang, Malaysia (27-30 April 2012).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline