Lihat ke Halaman Asli

Halim Malik

Pendidik

Pembangunan Global (Global Development) #8#

Diperbarui: 25 Juni 2015   19:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cabang analisa lainnya yang  penting dalam pembangunan perspektif Green adalah karya mengenai pembangunan global, oleh para penulis seperti Ted Trainer (1985, 1989), Susan George (1992) dan Vandana Shiva (1989, 1991). Banyak masalah lingkungan terburuk terjadi di negara-negara yang digolongkan sebagai “Selatan”, dimana terdapat tingkat polusi yang tinggi di daerah-daerah perkotaan, degradasi tanah berskala besar , tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi, dan di mana daerah-daerah hutan belantara seperti hutan hujan dihancurkan dengan cepat. Banyak dari kerusakan lingkungan ini merupakan akibat dari usaha pemerintah untuk meningkatkan pembangunan ekonomi, melalui pembangunan industri, penggunaan tanah yang lebih ‘efisien’, dan eksploitasi sumber daya alam. Ini penting untuk ditegaskan bahwa pemerintah-pemerintah ini hanya berusaha  untuk menyamai keberhasilan ekonomi negara-negara yang lebih ‘maju’, yang mengikuti jalur kemakmuran ekonomi yang sama melalui proses industrialisasi. Jadi, dapat dimengerti  mereka benci  terhadap kritik-kritik dari environmentalis di negara-negara yang lebih makmur (affluent), berargumentasi  mereka tidak boleh dihalang-halangi  kesempatannya yang sama untuk (melakukan) pembangunan ekonomi. Memang, masalahnya adalah bahwa menjadi semakin jelas bahwa dunia tidak mampu mendukung kemakmuran (negara-negara) Utara dalam jangka waktu yang jauh lebih panjang lagi , dan bila seluruh dunia dikembangkan sampai tingkat yang sama seperti (negara-negara) industri Utara, maka akan ada peningkatankrisis ekologi dengan cepat. Pembangunan ekonomi negara-negara Selatan, oleh karena itu, hanya mempercepat  sampainya Kiamat ekologi (ecological Armageddon).

Analisa ini menciptakan masalah moral bagi para environmentalis Utara. Secara jelas pemerintah-pemerintah negara-negara Selatan harus benar-benar menentang kebijakan-kebijakan yang secara ekologi menghancurkan dari pembangunan bendungan, penebangan kayu, pembukaan hutan, pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir, semangat dari industri berpolusi tinggi, dan lain-lain, demi planet ini. Namun demikian, untuk dapat melakukannya berarti bahwa, dengan sistem ekonomi dan politik sekarang ini, negara-negara itu akan dihalang-halangi mendapatkan keuntungan-keuntungan yang dinikmati oleh masyarakat-masyarakat Utara (dan para environmentalis mereka). Maka dari itu, argumen seperti itu tidak dapat dibenarkan berdasarkan keadilan global, yang membiarkan environmentalis utara terbuka terhadap tuntutan atas penggunaan lingkungannya untuk mengabadikan kekuasaan kolonialis/penjajah.

Jalan keluar dari dilema ini adalah supaya environmentalis Utara menerima tanggung jawab atas perubahan itu, dan cara untuk menunjukkan mengembangkan sustainability ekologi, berada pada masyarakat mereka sendiri. Trainer berpendapat bahwa(1985) bahwa ini berarti mereka yang berada di dunia terindutrialisasi harus memulai sebuah program mengurangi konsumsi yang secara dramatis, karena tetap Utara-lah yang bertanggung jawab terhadap sebagian besar polusi, limbah dan over-konsumsi sumber daya, bila dibandingkan dengan Selatan, karena penerima warisan keuntungan yang diduga dari industrialisasi, mempunyai tanggung jawab menunjukkan bahwa kualitas kehidupan tidak perlu disamakan  dengan ‘standar hidup’ (standard of living) yang didefinisikan secara ekonomi, dan tidaklah pantas untuk mengharapkan negara-negara Selatan untuk mengikuti jalan seperti itu tanpa contoh dari Utara. Digunakan frase Trainer ‘yang kaya harus hidup dengan lebih sederhana, agar yang miskin dapat hidup dengan sederhana’ (1985, hal. 64).

Juga dapat dijelaskan bahwa masalah-masalah lingkungan Selatan harus tidak dianggap menjadi tanggung jawab pemerintah-pemerintah dalam daerah-daerah itu, karena masalah-masalah tersebut merupakan konsekuensi dari kebijakan-kebijakan dari Utara. ‘Pembangunan’ global menurut analisa para penulis seperti George (1992), Norgaard (1994), Shiva (1989, 1991), Latouche (1991) dan Trainer (1989), belum mengutamakan kebutuhan penduduk di negara-negara yang ‘dibangun’, tetapi lebih mengabdi pada kebutuhan pemilik modal transnasional, dan secara efektif mendukung gaya hidup makmur Utara. Pendekatan terhadap pembangunan ini telah telah didiktekan oleh ‘para penguasa’ dari agen-agen berbasis utara, dan telah bekerja mendukung orang yang diwakilinya. Pendekatan init telah didukung dengan tindakan-tindakan badan-badan seperti Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF), maupun angkatan bersenjata. Jadi, Utara dapat dipandang sebagai pihak yang bertanggung jawab secara langsung terhadap masalah-masalah lingkungan Selatan. Inilah argumen lain yang sangat kuat mengapa perubahan di masyarakat Utara penting sekali bila sustainability ekologi (ecological sustainability)ingin dicapai pada tingkat global.

Perbedaan antara ‘Utara’ dan ‘Selatan’ penting secara mendasar untuk semua strategi mengembangkan ecological sustainability pada tingkat global. Perbedaan besar antara (negara) ‘maju’ Utara dan (negara) ‘miskin’ Selatan merupakan suatu tuduhan yang jelas dari ketidakmampuan (inadequacy) tatanan kapitalis transnasional mewujudkan keadilan pada skala global. Dari perspektif Green, terdapat dua hal penting yang harus diterima. Pertama adalah bahwa tanggung jawab untuk perubahan ke arah ecological sustainability di Selatan membutuhkan perubahan mendasar di Utara. Kedua adalah bahwa pendekatan holistik dan sistemik Green position menekankan bahwa kita hidup dalam satu dunia yang terbatas, dan bahwa semua orang saling terkait dipandang dari segi keberadaannya saat ini dan nasib terakhirnya. Peradaban manusia hanya akan bertahan bila ada perubahan radikal ke arah ecological sustainability baik di Utara maupun Selatan. Jadi, kesatuan semua orang melewati batas-batas negara dan budaya, dan kebijakan-kebijakan sosial dan lingkungan negara-negara lain adalah kepentingan sah semua orang. Tidak hanya para aktivis lingkungan di Utara saja yang sah untuk mendesak negara-negara Selatan untuk menggunakan praktek-praktek lingkungan yang lebih baik, orang-orang  Selatan pun juga sama sahnya (bila tidak justru lebih sah lagi) untuk menekan pemerintah-pemerintah Utara untuk memperbaiki cara-cara mereka. Wajar, bila demonstrasi para aktivis lingkungan Australia di Malaysia mengenai perusakan hutan hujan dan penghancuran suku Penan mengakibatkan para aktivis hak-hak asasi manusia Malaysia berdemonstrasi di Australia atas kondisi masyarakat Aborigin dan penambangan tanah adat Aborigin. Perspektif Green yang yang diuraikan di sini akan memandang protes sebagai sesuatu yang sah, dan mendorong keduanya untuk terjadi.

bersambung ke: Eco-Plilosophy

tulisan sebelumnya:

Eco-socialism

Eco-anarchism

Eco-feminism

Eco-Luddism

Anti-Grouth

Ekonomi Alternatif

Bekerja, Waktu Luang dan Etika Kerja

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline