"Turunkan semua gambar-gambar itu. Buang. Unfaedah." Begitu kira-kira instruksi ibu penulis ketika menemukan kamar anak sulungnya penuh poster-poster Westlife dan N'sinc.
dan penyanyi solo asing dengan wajah tampan mempesona. Mereka begitu populer ketika penulis berada di bangku SMA.
Sebuah boybandBerhubung raut muka ibu sangat serius dan cukup tegang kala itu, penulis tak berani bertanya. Paham wajah penulis penuh tanda tanya, sang ibu berbalik.
"Dia itu siapa Uni? Saudarakah? Suami? Atau anak?" Tanya beliau.
Penulis hanya menggeleng mendapat pertanyaan tak terduga seperti itu.
"Apa jasa mereka terhadap Uni? Apa mereka mendidik Uni? Apa mereka membiayai sekolah Uni?" Tanya beliau lagi dengan suara lembut.
Penulis kembali menggeleng lemah. Perlahan ibu mendekap dengan pelukan hangat.
"Nak, mulai belajar melakukan hal-hal bermanfaat ya. Lakukan sesuatu yang ada dampak positifnya untuk diri Uni. Apa lagi Uni anak sulung. Kudu jadi tauladan untuk adik-adik." Beliau memberi penjelasan sembari membelai lembut rambut penulis.
"Dan, jangan sesekali menitipkan rasa suka atau cinta kepada seseorang yang tak halal untuk Uni. Buang-buang waktu dan energi." Begitu titah beliau panjang lebar kala itu.
Bisa dibayangkan, seorang anak yang baru saja akan beranjak dewasa, dihalangi melakukan sesuatu yang disukainya. Sungguh tak mengenakkan.
Banyak sedikitnya terselip rasa tak nyaman. Merasa kebebasan dalam berkespresi direnggut.