Oleh: Ida Nur Laila
"Oi, nak. Sabana pamaleh kalian. Nan ka kayo gadang lah kalian. Banyak pembantu. Bia sanang iduik kalian!"
Sumpah seorang ibu, di sebuah kampung di pelosok Sumbar. Beliau ibunda sahabatku Herlin Variani.
Kisah itu tertulis di buku Parents Smart untuk Ananda Hebat. Membaca kalimat itu membuatku tertawa, padahal baru sekedar menduga artinya.
Konon tetangga yang mendengar sumpah serapah itu ikut tertawa.
Mau tahu artinya?
"Wahai anakku betapa malasnya kalian. Semoga kalian menjadi saudagar kaya. Punya banyak asisten rumah tangga. Biar kelak hidup kalian bahagia!"
Silahkan tertawa. Lalu, tengoklah diri kita, apa serapah yang kita ucapkan saat melihat anak sedang bermalas-malasan?
Ayah bunda, diantara terminal penting mendidik anak ada pada usia 10 dan 14 tahun. Anda bisa mengukurnya dengan dua kata: Senang dan Tenang.
Senang saat anak berada di dekatnya, sebab segala sesuatu yang dilakukan anak nampak menyenangkan. Saatnya sholat, berangkat tanpa di suruh. Saat mandi, makan belajar, semua tertib di lakukan.
Jika dipanggil orang tua, akan datang dengan wajah cerah. Taat saat diperintah. Melihat orang tua repot, segera turun tangan menolong. Menawarkan pijitan cinta saat ortu lelah. Terus mendawamkan doa terbaik untuk orang tua.
Oo, anak surga manakah yang menjadi karunia seindah itu?