"Ibu temenin aku bobo ya!"
"Sama Bapak dulu ya Dek, Ibu lagi gak enak badan."
"Enggak mau!!"
Rengekan si bungsu semakin menjadi ketika waktunya tidur aku tak bisa ada di sisi. Dia berusaha merajuk hingga tangis pun sulit dibujuk.
Inilah yang terjadi beberapa hari lalu, aku sempat mengalami gejala flu. Sengaja aku tak mendekat dulu. Meski masih satu rumah, aku berusaha memisah. Untuk menjaga, lebih tepatnya begitu.
"Hati-hati Mba, sekarang gejala Covid 19 sudah beragam."
"Na'udzubillah, semoga bukan ya."
Seorang teman berusaha mengingatkan. Agar aku meningkatkan kehati-hatian. Semua demi kebaikan. Ya, aku pun mencoba menenangkan pikiran.
Berawal sepulang dari ambil dokumen kelulusan si sulung, aku kehujanan. Barangkali pemicu lain adalah faktor kelelahan sehingga menimbulkan efek lanjutan. Gejala flu pun menyerang badan. Meski begitu aku selalu yakin, tetap patuhi prokes saat di luar rumah.
Jujur perasaan tak karuan tentu ada. Sejak kabar badai Covid 19 santer di media. Apa pun yang kita rasa, pikir kita tertuju pada hal yang sama. Ini Covid 19 atau bukan ya?
Sempat resah bahkan hampir memutuskan untuk GeNose ke rumah sakit. Maksudnya agar lebih jelas dan terdeteksi sejak dini. Tunggu! Suami mencoba menahan dulu. Terlebih melihat situasi dan kondisi di luar sana masih tak menentu. Lebih baik pastikan kondisi diri sebelum memutuskan untuk pergi.
Panik! Tentu saja sempat menghampiri. Manusiawi. Tersebab beberapa hari gejala yang kualami belum juga terhenti. Malah dampak kekhawatiranku, begitu mengganggu kondisi imunku. Bahkan asam lambung kurasakan sempat naik.
Terlebih kabar mengenai adanya varian baru dengan gejala yang menyerang pencernaan. Nah, bisa dibayangkan bagaimana puncak pikiran semakin tak karuan. Bukannya membaik malah memperburuk keadaan.