Kusebut dia Nia.
Wanita tangguh ini cukup membuatku tak banyak bicara. Saat dia lantang ucapkan serangkai kata. Kau tau, aliran energi positif begitu terasa.
Malam ini, aku sangat beruntung dan bahagia. Bisa bertemu dengannya, tentu saja. Dia sosok yg cukup luar biasa. Meski tak bersua puluhan tahun lamanya. Namun kehangatan dan keramahan tak kurasakan sirna.
Sungguh, aku beruntung dan bahagia. Saat duduk di antara bangku dan meja tua. Seolah masa bergerak mundur mengulang kisah muda. Apa yang kupikir saat itu?
Tentu saja Nia, sang aktivis kampus. Dia pandai berorasi di mimbar kehormatan demonstrasi. Suara nan lantang, pantang ambisi, hanya letupan perdamaian yang menghunus bagai pedang penuh nyali.
Nia tak pernah surutkan laju barisan.
Aku terdiam dan memandang. Tak banyak bicara. Hanya kagum yang tak terbata. Dan Nia masih berdiri dengan semangat menyala.
Ya, saat itu kurasakan energi positif menggerakkan nadi hingga ujung kaki. Pergerakan itu ada meski mungkin tak terbaca masa. Dan Nia tersenyum menatapku tanpa rasa ragu, pasti bisa!
Hingga kini tatap tajam Nia tak henti surutkan langkah. Satu kata "bisa" keluar dengan lihainya. Menurutnya, apapun bisa dilakukan dengan niat dan usaha. Meski tak bisa dihindari hambatan tentu saja ada.
Namun yakin semua kan dilalu dengan kata "bisa".
Sekali lagi, aku sungguh beruntung dan bahagia. Menemukan cahaya di tengah temaram malam. Saat bulan menatap tajam. Joglo pun turut menyambut keheningan yang dipecahkan. Seketika itu aku hanyut dalam lautan semangat yang disulutkan. Terimakasih Nia malam ini aku benar-benar beruntung dan bahagia.
Niek~
Jogjakarta, 28 Juni 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H