Pada titik waktu yang terus bergulir. Berputar bagai mesin pengulir. Memilin segala bentuk bulir perencanaan. Di sehampar asa tanpa sadar kita genggam beragam keinginan.
Ya, kita tentu punya keinginan bukan? Itulah yang selanjutnya kita sebut sebagai impian. Di mana menurut KBBI, impian merupakan sesuatu (barang) yang sangat diinginkan.
Satu ketika impian hanya kita gunakan sebagai hiasan kehidupan. Namun apakah kita tak ingin menggapainya menjadi sebentuk kenyataan?
Barangkali ini tergantung bagaimana kita menyikapi kehidupan. Aku sendiri pun memiliki impian. Namun belum sepenuhnya kesampaian. Hal ini sangat mengecewakan. Tentu saja.
Tapi aku mencoba menerima. Walau disisi yang berbeda aku cukup berusaha mencari cara bagaimana agar sebentuk mimpi bisa kuurai. Meski tak harus seutuhnya kugapai. Itu jauh lebih baik ketimbang tak ada sama sekali yang tercapai.
Dulu ketika aku masih kecil impianku hanya satu, aku ingin pergi ke puncak gunung. Entahlah mungkin karena aku lahir dan besar di lereng gunung.
Sehingga itulah yang ada dihadapanku. Aku kerap berangan untuk bisa menaklukan. Ya, mendaki gunung semakin menjadi impian.
Akupun berpikir, bagaimana cara agar aku bisa menuju puncak tertinggi? Sepertinya mengasyikkan. Apapun bisa aku lihat jikalau aku sudah mencapai ketinggian. Ah, hanya mimpi. Aku pun bergumam sendiri.
Begitulah, aku kerap bicara pada diriku. Seandainya saja itu bisa terlaksana. Aku pasti akan sangat bahagia pun bangga, pada diriku tentunya. Karena berhasil menaklukan apa yang menjadi impian.
Kubayangkan satu saat nanti aku bisa dengan mudah pergi dan bermain ke gunung meski harus melewati sebentuk rintangan. Ah lupakan, itu hanya sebatas mimpi seorang bocah ingusan.
Ibuku bilang,