"Bu bantu aku mengerjakan tugas ini ya."
"Wah gambarku belum diwarnai, nanti ajari lagi ya Bu."
Begitulah, keseruan selama sebulan di rumah kami. Saat kedua anakku merangkai beragam tugas yang harus dilalui. Si sulung memasuki tahun kelima yang tentu banyak materi ajar. Dan anak kedua baru menapak jenjang taman kanak kanak, memiliki kegiatan meski belum banyak belajar.
Beragam warna yang tersaji, pun lelah yang kerap menghampiri. Secara berganti kami mendampingi walau sembari mengerjakan hal lain yang mengantri dieksekusi.
Belum pula work from home suami yang cukup membutuhkan energi dan konsentrasi. Ditambah acara memasak belum juga usai, terpaksa terhenti. Lengkap sudah. Akhirnya aku hanya bergumam pasrah. Beginilah rasanya ketika amanah dikembalikan ke rumah. Begitu indah. MasyaAllah.
Meski terkadang ingin menyerah. Namun semangat tak boleh kalah. Tersebab kendala selama pandemi. Menjadikan belajar dilakukan secara mandiri.
Pembelajaran online, di mana guru memberikan tugas secara daring melalui beragam variasi. Kemudian hasilnya dikirim lewat email dengan durasi waktu yang telah disepakati.
Ada pula guru yang menggunakan aplikasi baru. Dan aku belum sepenuhnya tau. Beruntung suami turut membantu. Sehingga tugas anak bisa selesai meski harus menunggu.
Pembelajaran via online terkadang membuat orangtua tak mengerti. Aku yakin tak semua orangtua menguasai beragam aplikasi. Seperti aku ini, hanya paham beberapa media yang tersaji.
Kini zaman memaksa emak harus serba memahami. Beraneka tugas online yang terangkai selama pandemi. Merupakan langkah baru, emak harus belajar. Mendadak bertindak supaya bisa mengajar.
Aku pun mulai rajin mengutak utik layar hape. Menyimak beragam materi yang terangkai. Chat guru di grup WA kelas aku bintangi. Agar tugas tak tercecer bahkan terlewati.