Lihat ke Halaman Asli

Ummu el Hakim

TERVERIFIKASI

Hanya seorang emak biasa

Realita Dunia Kutu dalam Kehidupan Manusia di Sekitar Kita

Diperbarui: 18 Desember 2019   20:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lukisan “Mencari Kutu Rambut” karya Hendra Gunawan | Sumber: dictio.id

Sobat, apa yang aku tulis ini bukan bermaksud memaparkan hal yang kurang sopan, namun lebih pada realita kehidupan. Terkadang hal ini kerap diabaikan. Barangkali bisa menjadi sebuah lembar untuk kita renungkan.

Beberapa waktu lalu, aku bertemu seorang bocah. Dia super lincah. Seingatku, pada mulanya dia memiliki rambut yang cukup panjang. Bahkan cantik nian jika dikepang. Entah kenapa tiba-tiba sang ibu memotong pendek sehingga rambut panjangnya nyaris habis. Sungguh tragis.

Aku penasaran, apa gerangan yang dialami anak tersebut hingga harus rela menanggalkan rambut panjangnya yang istimewa. Kemudian aku sempatkan bertanya pada sang ibu saat kami bertemu, "Lho Mba putrinya kok dipotong rambutnya? Sayang sekali sudah panjang."

"Nggih Mba lha itu banyak kutu rambutnya je. Masih mending kutu buku bisa bikin pintar, lha kalo kutu rambut ya malah bikin buyar pikiran  Mba, hehe," ungkapnya padaku kemudian.

Sejenak aku terdiam. Mendengar penjelasan sang ibu membuat anganku tenggelam. Lalu hanyut pada beberapa kalimat yang diungkapkan. Tetiba aku berpikir heran. Sesaat kemudian aku pun membenarkan. Hmm iya juga. Kalau si kutu rambut dibiarkan berkeliaran lalu berkembang pasti dapat menimbulkan kerepotan yang cukup lumayan.

Namun mengapa harus mengorbankan rambut panjang yang elok nian? Ah sudahlah, lupakan. Pikirku kemudian. Toh si ibu pastinya sudah memikirkan sebelum melakukan tindakan. Tentu saja demikian.

Eit tunggu dulu!! Ada yang lebih menggoda pikiranku. Ini bukan soal si ibu tadi yang mencukur pendek rambut anaknya. Melainkan lebih pada kalimat yang diucapkan disela percakapan, "Lebih baik kutu buku bisa bikin pintar, daripada kutu rambut malah bikin buyar pikiran."

Lumayan sering aku mendengar kalimat bernada serupa. Meski tak sama cara. Pada intinya sama-sama mencela kutu rambut yang membuat pikiran menciut. Aku tergoda untuk menyelisik. Sepertinya menarik.

Apa salah dan dosa mereka sesungguhnya? Hingga harus dicela bahkan dimusnahkan dari muka dunia. Sehina itukah kutu rambut hingga ingin segera mengusirnya pergi? Dan sebaik itukah kutu buku sampai diperlakukan istimewa bak seorang ratu?

Baiklah aku akan coba menyelisik satu persatu. Bukan maksud sok tau. Sebatas memaparkan yang aku tau. Hanya itu. Aku sungguh penasaran. Begitu banyak orang memuja kutu buku, dan mencela kutu rambut. Heran. Semoga apa yang aku ungkapkan bisa diambil hikmah dan dipetik pelajaran.

Yuk mari ikuti aku.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline