Lihat ke Halaman Asli

Ummu el Hakim

TERVERIFIKASI

Hanya seorang emak biasa

Menelusuri Makna Cinta di Antara Gulita

Diperbarui: 12 Desember 2019   09:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : pixabay.com/flo222

Sore itu, 9 Desember 2019, Widodomartani, Ngemplak, Sleman, Jogjakarta. Tetiba hujan lebat diiringi angin yang begitu hebat. Menerpa beberapa ruas daerah di Kecamatan Ngaglik hingga Widodomartani, Ngemplak, Sleman. Sempat merobohkan papan nama sekolah pun pepohonan yang menimpa beberapa jaringan listrik di sekitar pemukiman.

Pepohonan tumbang akibat hujan angin di jalan menuju Perumahan Wahana Praja, Widodomartani, Sleman. Sumber : grup WA Perum Wahana Praja.

Seketika listrik padam hingga larut malam. Warga pun menuai kegelapan tanpa penerangan yang mapan. Hujan masih jua menembus kesunyian. Apalagi ketika rembulan tak jua tampakkan keindahan. Yang tersisa hanya seberkas kekhawatiran.

Seperti yang dialami warga lingkungan kami, Perum Wahana Praja. Kebetulan perum kami ini berada pada wilayah Kecamatan Widodomartani yang terkena dampak bencana.

Tiang listrik beton yang berada di sebelah Utara gapura roboh menimpa pepohonan disekitarnya. Listrik padam seketika. Hingga larut malam tak kunjung menyala. Tentu saja, sebab kerusakan yang ditimbulkan tak bisa segera diatasi. Harus menunggu esok hari.

Tiang listrik beton yang roboh di Utara gapura Perumahan Wahana Praja. Sumber : grup WA Perum Wahana Praja.

Mengganti tiang bukan perkara gampang. Butuh orang yang biasa melakukan penanganan. Sehingga malam itu kami bersama dalam kegelapan. Hingga waktu yang tak bisa kami perkirakan. Mengingat kerusakan yang cukup lumayan.

Kami hanya pasrah diri. Ini adalah kehendak-Nya yang harus ditaati. Menelusuri kegelapan bukan hal yang menakutkan. Jika kita mau menyemat cahaya dibalik temaram malam. Bagaimana bisa? Tentu saja tak mudah menghadapi hal yang demikian. Karena kegelapan kan menuai kekecewaan. Menurut kita yang hanya menggunakan kacamata manusia biasa.

Lalu bagaimana menyikapi dengan bijaksana? Tentu kita harus mampu melewati jembatan keikhlasan. Tanpa hal itu tak kan mudah melepaskan diri dari jerat kegelapan yang mengelilingi. Apalagi tanpa bekal yang memadai. Sedang aneka tugas masih menunggu untuk dieksekusi.

Adanya pohon tumbang hingga jaringan listrik yang mengalami kerusakan. Tentu bukan hal yang diinginkan. Apalagi saat itu kami tak menyangka kan mengurai malam dalam gulita. Tak ada persiapan sebelumnya. Lampu LED pun emergency belum sepenuhnya tertata. Semua serba terbatas daya. Padahal anak anak masih mengurai PAS hari kelima. Mereka terpaksa membaca di tengah gulita dengan penerangan seadanya.

PAS hari kelima membaca di tengah gulita dengan penerangan seadanya. Sumber : Dokumen pribadi.

Ini sungguh menjadi hal yang sangat menggoda jiwa. Kemana harus menuang resah di dada? Barangkali masing masing diri yang mampu menjawabnya. Merupakan pelajaran yang sangat berharga. Menelusuri makna cinta diantara gulita.

Bagaimana tidak, selama ini kita dimanjakan dengan nikmatnya teknologi. Segalanya menjadi mudah tanpa menuai susah. Tak merasakan bagaimana mengurai perjuangan mendapatkan penerangan. Tinggal duduk manis menikmati hasil yang mengagumkan.

Saat tetiba dicoba, maka hanya bisa menopang kesedihan. Padahal dalam mendapatkan sesuatu pastinya butuh pengorbanan. Itulah arti penting sebuah perjalanan kehidupan. Tak selamanya dalam bingkai apa yang menjadi keinginan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline