Pernahkah kalian merasa kehidupan ini hampa? Seolah tak ada semangatnya. Aku pernah merasakan demikian. Lalu secara tak sengaja aku teringat, sempat satu ketika mengamati sebuah pohon yang tumbuh di halaman milik tetangga sebelah.
Entah apa nama pohon itu aku tak begitu paham. Yang jelas pohon itu indah bila kupandang, sayang jika ditebang. Pohon yang tak terlalu tinggi tak juga pendek. Pas untuk diletakkan di halaman yang tak begitu lebar.
Ketika kuamati dari jarak dekat, ternyata pohon itu hampir tumbang. Pot yang dipakai untuk menopang retak sebagian. Lalu tanah pun sedikit berhamburan. Anehnya pohon itu masih subur. Meski tak tegak berdiri. Namun daun masih tumbuh lebat. Pohon yang hebat.
Dia berusaha bertahan meski tak ada yang menahan. Dia berusaha tersenyum walau tak sempurna. Tak ada tanda sedikit pun di rautnya kata menyerah. Luar biasa.
Hampir dua tahun yang lalu pohon itu ditanam di depan halaman menuju jalanan. Tepat di pagar rumahku sebelah kanan. Jika pemiliknya tak sedang di rumah akulah yang menggantikan menyiram pohon itu. Warnanya yang beragam, sedikit hijau, setengah merah, dan hampir tiga perempatnya kuning. Aku begitu menikmati ragam warna miliknya.
Sayang, ketika penghuninya memutuskan pindah rumah. Pohon itu pun dibuang. Aku tak tau kapan membuangnya, yang jelas aku lupa untuk memintanya. Beruntung sebelum pohon itu tak ada aku sempat mengabadikannya. Syukurlah setidaknya aku masih bisa menikmati keindahannya meski tak sempat memiliki seutuhnya.
******
Ah pohon, setiap ingat kamu aku pun kembali bersemangat. Seketika hampaku lenyap. Darimu aku banyak mengambil manfaat. Pohon yang memberi pelajaran. Darimu pula aku banyak belajar kehidupan.
Kok bisa? Bisa saja, ketika aku melihat daunnya yang tetap bersemi meski hampir terjatuh, hatiku seolah ikut bersemi di tengah semangat yang kadang kendur. Bahkan nyaris luntur.
Bersemi tuk tak menepi dari dibolak baliknya hati. Karena hidup tak selamanya indah. Aku pun harus hadapi dengan hati nan bersemi. Jikalau hatiku gersang bagaimana hidup kan dilanjutkan. Benar saja. Maka bersemilah seperti daun!
Lalu ketika aku melihat batangnya yang tak lagi bisa tegak berdiri, namun semangatnya luar biasa tuk tetap tegak meski tak sempurna. Semangatku pun ikut tersulut meski kadang hampir terhanyut.