Beberapa tahun yang lalu, televisi ABC mengundang saya untuk bergabung dengan dua teman ahli saraf di satu pertemuan tertutup eksklusif dua-hari - "retret" bagi jajaran pemimpin puncak mereka di satu hotel di Palm Springs, tentang pikiran dan otak. Ketika berada di Palm Springs, kami mendapati diri berperan sebagai pejuang, pembela prinsip ilmiah terhadap sekelompok ahli kebatinan, pendukung indera ke-enam, dan klenik sejenis. Kami semua sopan, kami semua berpikiran terbuka, tapi kami tidak kenal ampun. Dengan cergas kami membabat pemaparan mereka, membongkar penalaran ceroboh tanpa ampun, omongkosong, bukti bermutu rendah yang ditayangkan atas nama topik-topik tak bermutu ini Saya cukup puas dengan kinerja kami, tapi salah seorang teman saya lebih paham. Pada makan malam penutup, ia membungkuk dan berkata kepada saya: "Lihat nih." Dia berdiri dan mengumumkan kepada khalayak yang berkumpul bahwa dia ingin mengajukan dua pertanyaan kepada mereka. Sebelum akhir pekan ini, berapa banyak di antara Anda yang menganggap paranormal boleh jadi betul, meskipun jelas mengingkari sifat ilmiah?" Saya terkejut karena kira-kira seperempat hadirin mengacungkan tangan. Mereka adalah sosok yang berpendidikan tinggi, pemimpin dalam dunia jaringan televisi yang keras bersaing, dan mereka dianggap cukup menerima informasi. Pertanyaan kedua, "Dan sekarang, setelah acara ini, berapa banyak di antara Anda yang menganggap paranormal boleh jadi betul?" Lebih banyak tangan teracung. Saya seperti disambar halilintar. Apa penjelasan atas hasil yang mencengangkan ini? Bagaimana bisa pembongkaran kita yang baik ternyata malah berbuah sebaliknya? [...] Kebudayaan kita, menurut Humphrey, memerankan pengakalan yang piawai pada kita: "Kebudayaan menekan masyarakat bahwa ada kelindan yang erat antara percaya pada kemungkinan adanya kekuatan-kekuatan paranormal dan menjadi anggota masyarakat yang ramah, berbudi, sopan, dan dipercaya." [Daniel Dennet dalam pengantar untuk buku Nicholas Humphrey, Leaps of Faith: Science, Miracles, and the Search for Supernatural Consolation, Copernicus Press, New York, 1999]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H