Lihat ke Halaman Asli

Bedak dan Bumbu Penyedap Rasa

Diperbarui: 26 Juni 2015   11:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku seperti memakai bedak yang tebal sekali. Nyaris menyerupai topeng. Hingga saat kusentuh wajahku sendiri aku tak merasakan ada sentuhan di permukaannya. Wajahku yang asli sudah tak nampak lagi. Mati rasa.
Perlahan tapi pasti, topeng bedak itu memudar. Topeng itu menipis dengan sendirinya. Tapi masih dalam golongan tebal. Setidaknya lebih baik dari kemarin. Entah sampai kapan bedak itu menempel disana. Karena setiap kali aku mencoba mencongkelnya, setiap kali itu pula datang orang memperbaikinya. Tak ada yang membantuku melepasnya.
Kebohongan. Kepalsuan. Kepura-puraan.
Seperti menjadi bumbu penyedap rasa dalam masakanku. Bila aku menghilangkannya dari resepku, tak ada orang yang datang ke warungku. Mereka suka masakan itu. Dan aku hanya membuatkan masakan. Tanpa pernah merasakan rasanya. Aku tahu pasti, masakanku yang paling enak dan lezat bukan masakan itu. Masakan tanpa bumbu penyedap rasa. Meski tak enak menurut lidah mereka. Tapi aku suka itu.
Bedak itu. Bumbu penyedap rasa itu. Entah kapan aku bisa melupakan mereka. Hidup dengan wajahku sendiri dalam cermin. Hidup dalam lezatnya masakanku menurut lidahku.

Pangkalpinang, 8 April 2010




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline