Juli 2011, saya dan sembilan orang teman kuliah saya di Universitas Sumatera Utara, berwisata ke Pulau Sabang. Untuk sampai ke Sabang, Kami menempuh perjalanan darat Medan-Banda Aceh menggunakan mobil pribadi selama kurang lebih 12 jam. Dari Banda Aceh kami naik kapal feri. Ada dua alternatif kapal yang bisa dipilih oleh penumpang. Selain dengan kapal feri yang biasa disebut kapal lambat, ada juga kapal cepat yang hanya membutuhkan waktu 35 menit untuk sampai ke Pulau Sabang. Nah, karena kami membawa mobil sendiri, maka kami harus naik kapal lambat yang setidaknya mampu mengangkut 10-15 mobil sekali penyebrangan. [caption id="attachment_191854" align="aligncenter" width="200" caption="Suasana di dalam kapal penyebrangan Banda Aceh-Sabang"]
[/caption] [caption id="attachment_191855" align="aligncenter" width="387" caption="Foto bersama di atas kapal penyebrangan"]
[/caption] Setelah menempuh perjalanan selama satu setengah jam, kami tiba di Pelabuhan Balohan, Sabang. Saya dan teman-teman saya sangat bersemangat dan tidak sabar lagi untuk segera menikmati keindahan Sabang yang alami dan eksotis. Sepanjang perjalanan menuju ke kota, hamparan laut biru terlihat sangat indah, kami hanya bisa berdecak kagum dan semakin bersemangat. Setibanya di penginapan, saya dan teman-teman meletakkan barang-barang, lalu segera meluncur untuk menjelajahi Kota Sabang. Ya, tak perlu tour guide karena Sabang termasuk Kota yang kecil, kami hanya perlu aplikasi pembaca peta yang diinstall di telepon seluler. [caption id="attachment_191861" align="aligncenter" width="400" caption="Suasana di sekitar tempat kami menginap"]
[/caption] Wisata Alam pertama yang kami kunjungi adalah Pantai Sumur Tiga. letaknya gak terlalu jauh dari Kota Sabang. Masuknya gratis, gak perlu mengeluarkan biaya sama sekali. Inilah yang membedakan Sabang dengan daerah lain yang pernah saya kunjungi. Masuk ke tempat wisata, gak perlu biaya. Di Pantai Sumur Tiga, kami cuma duduk menikmati indahnya pantai, dan sempat berfoto bersama turis asing yang sedang berenang di sana. [caption id="attachment_191857" align="aligncenter" width="448" caption="Pantai Sumur Tiga"]
[/caption] [caption id="attachment_191858" align="aligncenter" width="300" caption="Pantai Sumur Tiga dilihat dari atas"]
[/caption] Keesokan harinya, saya dan empat orang teman perempuan saya bangun sangat pagi dengan tujuan untuk melihat sunrise di Kota Sabang, ternyata keinginan itu harus gagal, karena salah perhitungan. Tempat yang kami kira akan menjadi tempat matahari terbit, ternyata adalah tempat matahari tenggelam. Sungguh mengecewakan. Tapi kami masih punya keyakinan untuk menyaksikan sunrise di hari lainnya. Hari kedua di Sabang, Kilometer Nol Sabang adalah tujuan pertama kami. Kilometer Nol adalah titik paling ujung barat Indonesia. Penasaran aja gimana dan ada apa aja yang ada di sana. Menempuh hujan deras dan angin yang kencang, kami menyusuri jalanan naik turun dan berbelok-belok, bahkan ada satu tikungan yang kemiringannya mencapai 45 derajat. Kondisi jalannya bagus, tapi agak sempit. Sampai di Kilometer Nol Sabang, hujan masih sangat deras dan gak memungkinkan kami untuk turun dari mobil. Tapi namanya juga anak muda, kami nekat berlari melawan hujan dan berteduh di Tugu Nol Kilometer.. Setelah hujan agak reda, kami keluar dari tempat berteduh dan sempat menikmati keindahan laut yang terhampar di sana. [caption id="attachment_191859" align="aligncenter" width="300" caption="Prasasti Peresmian Tugu KM 0 Indonesia"]
[/caption] [caption id="attachment_191885" align="aligncenter" width="300" caption="Hujan Gak menghalangi kami untuk menikmati keindahan laut di sekitar Tugu Kilometer Nol"]
[/caption] Tujuan berikutnya adalah Pantai Gapang. Dan lagi-lagi hujan turun sangat deras. Semuanya memasang muka cemberut. Saya sendiri merasa agak sedikit kecewa, seharusnya kalau gak hujan, setidaknya kami bisa main air dan menikmati keindahan pantainya dengan maksimal. tapi karena hujan, air lautnya gak biru. [caption id="attachment_191891" align="aligncenter" width="504" caption="Pantai Gapang"]
[/caption] Setelah itu kami bergegas ke Pantai Iboih, tujuan utama kami hari ini. Niatnya memang mau nginap di cottage yang ada disini selama dua malam. Cottage adalah rumah serba kayu yang biasanya berbentuk rumah panggung. Dengan kondisi yang masih hujan, saya bersama Sari, temanku mencari cottage yang murah meriah dan mau menerima kami. Loh kok? Jadi ceritanya, rombongan kami berjumlah sepuluh orang yang terdiri dari 5 orang cewek dan 5 orang cowok. Nah biasanya satu cottage ditempati maksimal 3 orang. Kalo harus nyewa 4 cottage, bakalan rugi dong. Setelah kesana-kemari, nanya kesana kemari akhirnya kami bertemu dengan bapak baik hati yang mengijinkan cottagenya ditempati 5 orang. Yes, jadi kami cuma perlu menyewa dua cottage. [caption id="attachment_191892" align="aligncenter" width="576" caption="Pantai Iboih yang sangat menawan"]
[/caption] Di pantai Iboih, banyak banget turis asing. dan mereka ramah. Kalo pas kebetulan berpapasan sama kita, mereka bakalan senyum dan ada beberapa yang bilang "halo". Nah sorenya, setelah beresin barang dan jalan-jalan sebentar, kami main di pantai. rencananya kan besok mau snorkeling sepanjang hari, jadi sorenya latihan berenang dulu sambil liat-liat karang yang ada di pinggir. Sayangnya, ada kejadian kurang enak, tiga orang temanku terkena bulu babi, dan kaki mereka langsung bengkak. awalnya sih sempet panik, soalnya ada yang bilang kalo abis kena bulu babi bakalan demam tinggi, jadi kami merasa khawatir kalau besok 3 orang teman yang kena bulu babi gak bakal bisa ikutan snorkeling. Tapi berkat penanganan yang cepat dan tepat (dengan bantuan pemilik cottage), mereka sama sekali ga demam, dan sehat. ternyata kalo kena bulu babi, harus langsung direndam pake cuka, maka perlahan-lahan bulu babinya itu bakalan rontok dari kulit kita. Besoknya, kami melihat sunrise dari pantai Iboih. Nah, jadi beranda cottage tempat kami menginap langsung berhadapan dengan laut. Setelah semalaman sempit-sempitan di tempat tidur, soalnya tempat tidur yang harusnya dipake sama dua orang, eh malah ditempatin sama 5 orang, terbayar dengan kepuasan menyaksikan sunrise yang indah. dan karena mendung plus hujan rintik-rintik, sunrisenya agak terlambat. Tapi apapun itu, pokoknya saya tetap bersyukur karena bisa menyaksikan sunrise di Pantai Iboih. [caption id="attachment_191893" align="aligncenter" width="400" caption="Menyaksikan matahari terbit di Pantai Iboih"]
[/caption] Saya dan temen-teman cewek lain semangat banget mau snorkeling, abis ngeliat sunrise langsung siap-siap make peralatan snorkeling yang kami sewa dengan harga 30.000 rupiah. Peralatannya terdiri dari snorkel (alat bantu penafasan), mask, fin, sama jaket pelampung, kenapa paket jaket pelampung? soalnya yang cewek-cewek semuanya ga ada yang terlalu bisa berenang, hehehe. Sembari menunggu temen-temen cowok kami yang masih tidur, saya dan teman-teman perempuan yang lain kembali bermain di pantai sambil menikmati kesegaran udara pagi. Senengnya itu gak bisa dijelaskan deh. Semua beban pikiran rasanya hilang sejenak. Akhirnya setelah temen-temen cowok kami bangun dan selesai beres-beres kami berangkat untuk snorkeling ke Pulau Rubiah. [caption id="attachment_191894" align="aligncenter" width="500" caption="Bersiap-siap menuju Pulau Rubiah untuk snorkeling"]
[/caption] Untuk menuju Pulau Rubiah, kami menyewa kapal boat kaca seharga 350 ribu rupiah. jadi, ditengah kapal ini ada kaca yang bisa diturunin ke dalam air, jadi para penumpang bisa ngeliat pemandangan bawah air selama perjalanan menuju Pulau Rubiah. Nah sesampainya di Pulau Rubiah, kapal boat kaca yang kami tumpangi balik lagi ke Pantai Iboih, dan nanti sore setelah kami selesai snorkeling, mereka akan datang menjemput kami. [caption id="attachment_191895" align="aligncenter" width="500" caption="Perjalanan Ke Pulau Rubiah"]
[/caption] Dan akhirnya, snorkeling pun dimulai, awalnya saya takut banget, jadi cuma berani berenang dipinggir-pinggir aja, padahal udah pake jaket pelampung hahaha. Takutnya itu kebawa ombak sampe ke tengah, tapi berkat bantuan teman-teman cowok saya yang baik hati banget yang mau nuntunin dan megangin akhirnya saya bisa sampe ke tengah laut yang dalamnya mungkin sekitar 7 sampe 10 meter dan melakukan snorkeling sampe puas. semua temen-temen cewek saya dibantuin sama temen-temen cowok yang emang pinter berenang. dan lagi-lagi karena hujan, kami harus berhenti snorkeling, tapi emang udah lama banget juga snorkelingnya, bahkan sampe ga inget kalo belum makan siang. [caption id="attachment_191896" align="aligncenter" width="300" caption="Pulau Rubiah"]
[/caption] Kulit boleh gosong, tapi hati bener-bener senang. Pengalaman snorkeling ini bener-bener gak terlupakan. Dengan mata kepala sendiri menyaksikan keindahan bawah laut di Sabang itu sesuatu banget deh. Ikan-ikan, bintang laut, karang-karang yang cakep, semuanya bikin saya berdecak kagum. Selama perjalanan pulang, saya dan teman-teman tidak henti-hentinya membicarakan apa yang kami lihat pada saat snorkeling tadi. Semuanya keliatan senang dan puas banget. [caption id="attachment_191897" align="aligncenter" width="640" caption="Foto bersama sebelum meninggalkan Pulau Rubiah"]
[/caption]
Malamnya kami makan di cafe yang terletak gak terlalu jauh dari cottage tempat kami menginap. malam itu saya menyadari kalo Pantai Iboih sungguh memancarkan suasana romantis. dan saat itu terlintas dalam pikiran saya untuk kembali lagi kesini, tapi bersama pasangan saya untuk berbulan madu.. Cieee.. Hahaha. Dua hari dua malam berada di Pantai Iboih, kami harus segera bergegas menuju pelabuhan. Jam 6 pagi, kami bergerak menuju ke pelabuhan Balohan dan ternyata, kami terlambat. Sudah banyak sekali mobil yang antri untuk masuk ke kapal, dan setelah diperkirakan, kami gak bakalan bisa ikut masuk di kapal itu. sedangkan, jadwal kapal selanjutnya adalah besok di jam yang sama. Setelah berunding, kami memutuskan untuk memarkirkan mobil di antrian yang bakal berangkat besok pagi, sementara kami kembali lagi ke kota untuk mengunjungi beberapa pantai lagi dengan menyewa mobil plus supirnya. Hari itu kami ke Pantai Anoi Itam yang memiliki pasir berwarna hitam, setelah duduk sebentar dan berfoto, kami melanjutkan perjalanan menuju Pantai Sumur Tiga yang sebelumnya sudah pernah kami datangi, kali ini kami menyempatkan untuk main-main air sebentar sambil menunggu waktu sore. [caption id="attachment_191898" align="aligncenter" width="500" caption="Pantai Anoi Itam"]
[/caption] Sorenya kami kembali ke pelabuhan, karena uang yang tersedia sudah tipis, kami tidak mungkin menyewa penginapan. Jadi, kami semua sepakat untuk tidur di mobil, malam itu. Sungguh pengalaman yang tidak pernah terpikirkan olehku. Akhirnya keesokan paginya, mobil kami berhasil masuk ke dalam kapal, dan kamipun pulang ke Banda Aceh untuk selanjutnya melanjutkan perjalanan kembali ke Medan.
Liburan ke Sabang ini penuh dengan makna, saya dan teman-teman semakin kompak, karena selama perjalanan ini kami saling bantu-membantu, susah dan senang bersama, membagi kekhawatiran bersama. mulai dari tidur berlima di satu tempat tidur, berpegangan tangan saat snorkeling, sampai menginap di pelabuhan, adalah hal-hal yang mungkin tidak akan pernah saya lupakan. Masih ada beberapa tempat di Sabang yang memang belum kami kunjungi karena terbatasnya waktu yang ada, mungkin harapan di hati kami sama, ingin kembali lagi ke sana suatu saat nanti. Sabang, Pulau kecil di ujung Sumatera menyimpan sejuta keindahan yang masih belum banyak diketahui orang-orang. Tapi sebagai orang yang sudah pernah liburan dan berwisata kesana, saya sangat menyarankan Sabang untuk masuk ke dalam list tujuan wisata anda, terutama bagi orang-orang yang menyukai keindahan pantai dan gemar melakukan diving. Sabang juga cocok dijadikan tempat untuk sejenak melupakan penat dan jenuh, dan juga tempat yang romantis untuk berlibur bersama pasangan anda. Ayo, kunjungi Sabang ;). Kredit foto: Tika, Sovi, Pipit, Sari, Habibi, Bang Faisal,Dedy
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H