Lihat ke Halaman Asli

Saya dan Negeri Persia

Diperbarui: 29 Desember 2023   20:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok. pribadi

Qoyyid shuyudaka bil-hibalil watsiqati (ikatlah buruanmu dengan tali yang kuat), kalimat ini merupakan analogi bagi manusia yang memiliki pengetahuan agar dapat "mengikatnya" dengan tulisan sehingga ia menjadi pengalaman, pembelajaran, dan hikmah.

Perjalanan yang akan dituliskan ini memberikan banyak pelajaran dan pengalaman yang tak ternilai, meskipun saya juga berpikir bahwa tulisan ini akan terus bersambung hingga menjadi sebuah memoar khusus diri saya selama berada di Persia (Iran), hal ini mestinya tidak cukup jika dibandingkan dengan apa yang terekam di alam bawah sadar yang lebih dalam dan luas, karena banyak sekali yang patut dikenang dan bahkan diulang kembali.

Saya akan mengawalinya dengan "pertemuan awal" saya dengan negeri Persia, atau lebih tepatnya dengan sosok dari negeri para Mullah yang sangat populer di Indonesia, ya Mahmoud Ahmadinejad, yang menjabat sebagai Presiden Republik Islam Iran periode tahun 2005 - 2013 . Saat itu saya sedang menjalankan tugas pegabdian di pondok pesantren (ponpes), di mana literasi sedang digalakkan, termasuk buku-buku terbitan salah satu media besar di Indonesia juga masuk ke dalam ponpes. Salah satu buku yang menarik perhatian adalah tentang figur Ahmadinejad, judulnya "Ahmadinejad: David di tengah Angkara Goliath Dunia" terbit tahun 2008 dan ditulis oleh Muhsin Labib (yang kemudian menjadi dosen saya di jenjang pascasarjana).

dok. Pribadi

Nama Ahmadinejad begitu melekat di benak saya, sehingga saya memberikan nama beliau keapda salah satu keponakan lelaki saya. Usia saya masih awal 20 tahun dan sangat menyenangkan untuk membaca buku yang berkaitan dengan tokoh-tokoh yang berbeda dan berani untuk menghadapi negara adidaya, seperti  Amerika Serikat.

Cerita saya singkat pada masa studi di tingkat pascasarjana (2009) , di mana Islamic College for Advanced Studies (ICAS) London membuka kampus cabang di Jakarta dan bekerjasama dengan salah satu Universitas Swasta, saya ikut mendaftar dan lulus seleksi dengan memilih konsentrasi Islamic Mysticism atau lebih dikenal dengan Tasawuf dalam tradisi kita. Beberapa dosen yang mengajar merupakan dosen-dosen yang sangat menguasai 'Irfan, Filsafat Islam, Filsafat Barat, Teologi, Logika, Eastern Mysticism, dan seterusnya. 

dok. Pribadi

Selama masa studi ini, saya mendapat informasi perihal cikal-bakal kampus ICAS dibuka. Hal ini tak terlepas dari sosok Dr. Nurcholish Madjid (Allahu yarham) dan beberapa Islamic scholars dari Iran yang bermaksud untuk membumikan tradisi filsafat Islam dan tasawuf di tanah air Indonesia. Tujuannya adalah agar para pembelajar yang tertarik belajar filsafat Islam dan tasawuf dapat menguasai teori-teori dan juga menerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat.

Saya patut bersyukur dan berbangga diajar oleh beliau yang tidak hanya kompeten dalam keahliannya masing-masing, namun juga merepresentasikan kesahajaannya, sebagaimana tulisan yang pernah saya tulis di kompasiana dengan judul "Profesor yang Asketis" - begitulah saya menjadi terpikat dengan bidang ilmu tasawuf yang disampaikan oleh dosen-dosen saya (semoga Allah memberikan umur panjang dan kesehatan).

Pertengahan tahun 2022, saya mendaftar masuk untuk program doktoral pada fakultas Islamic Studies di salah satu universitas di Depok, Jawa Barat. Allah Swt menunjukkan rahmat dan kuasa-Nya agar saya dapat melanjutkan studi lagi.  Dan tepat di pertengahan 2023, saya mendapat undangan untuk mengikuti short course tentang isu perempuan, keluarga, budaya, kesehatan, politik, dan lain-lain selama 14 hari di negeri Persia. Undangan ini datang dari International Gohar Shad Foundation, kota Mashhad Iran dan Al-Mustafa International University yang ada di Jakarta yang dikhususkan untuk perempuan-perempuan yang aktif dari beragam latar belakang, seperti peneliti, dosen, aktifis, peneliti, mahasiswa, dan seterusnya. Sudah menjadi panggilan hati dan keinginan saya untuk dapat berkunjung ke negeri tempat Filsafat Islam dan tasawuf berkembang dan maju dengan pesat. Pikiran dan naluri saya sangat yakin untuk berangkat, maka dalam sekejap, saya harus membuat passport dan keperluan lainnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline