Dua puluh sembilan bulan lalu,
Adalah bulan yang sangat berat untukku.
Padahal, beberapa minggu sebelumnya, hati membuncah bahagia karena pekerjaan impian kudapatkan setelah menunggu 4 tahun pasca menjadi sarjana.
Betapa kebahagian dan kesedihan selalu datang silih berganti dalam kehidupan ini. Jika hari ini bahagia kita rasakan, bersyukur, jangan jumawa. Begitu pun ketika kesedihan menyapa, jangan khawatir, akan ada kabar gembira setelahnya.
Agustus 2016
Dua puluh Sembilan bulan lalu, aku mendapat kabar bahwa Ibuku terkena serangan stroke disebabkan jantung dan hipertensi.
Mungkin, bagi sebagian orang kabar itu tidak mengejutkan, jika saja Ayah kalian tidak mengalami sakit yang sama. Saat kejadian Umi terkena stroke, Buyaku sudah terlebih dahulu menjadi pasien stroke sejak dua tahun sebelumnya, maret 2014. Maka, ketika mendengar kabar tersebut, aku lemas sejadi-jadinya.
Ibuku berdomisili di Medan, sedangkan kejadian berlangsung di Jakarta ketika beliau sedang mengunjungi kakak keduaku. Hari itu juga, aku yang sedang di berada di Medan mengambil tiket penerbangan terakhir.
Air mata terus tumpah. Untuk menutupinya aku terus menggunakan kacamata hitam selama di bandara dan pesawat. Demi kesehatan Buya agar tidak drop, maka kami memilih merahasiakan kondisi Umi.
Selama penerbangan, aku terus berpikir bagaimana mungkin kedua orangtuaku kompak terkena stroke. Tidak cukupkah hanya Buya yang diuji? bahkan Buya pun belum sembuh setelah dua tahun berobat kemana-mana.
Cepat aku istighfar dan mengingatkan diri bahwa tidak ada kehidupan tanpa mengalami ujian. Bahkan hidup di dunia ini pun hanya tempat ujian, menentukan akan kemana kita setelah mati, masuk Surga atau Neraka.