Lihat ke Halaman Asli

UMU NISARISTIANA

Content Writer

Internet dan Media Sosial Sudah Tidak Aman

Diperbarui: 27 November 2021   18:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Ini kisah saya tentang bermain sosial media.  

Tahun 2016, saya menyadari bahwa 8 jam dalam sehari saya habiskan untuk bermain sosial media. Mulai dari bangun tidur, makan, BAB sampai saat di kelas saya tidak pernah offline. Sebenarnya aktivitas saya di sosial media bukan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Tapi, untuk mempublikasikan foto dan aktivitas keseharian saya di platform sosial media mulai dari hal-hal remeh sampai dengan serius (foto kaki, sudut rumah, curhatan patah hati/emosi lainnya dan apa saja yang ada dalam pikiran saya). Saya sangat senang bermain sosial media saat itu, karena saya bebas mengekspresikan apa saja yang ada dalam pikiran dan perasaan saya.

Saya gunakan ketertarikan ini sebagai bahan tugas akhir. Sejak saya mulai membaca literatur, melihat video di Youtube dan film dokumenter tentang internet dan sosial media sebagai data tugas akhir. Pandangan saya terhadap kedua hal ini menjadi berubah. Saya memandang bahwa internet dan sosial media tidak aman. Menurunnya kesehatan fisik dan mental, pencurian data, penguntitan bahkan teror adalah beberapa dampak dari internet dan sosial media.

Terlebih, tahun 2019 saya pernah mengalami "penguntitan" dimana salah satu teman saya melacak lokasi saya menggunakan nomor handphone melalui sebuah aplikasi. Saya tidak begitu paham bagaimana cara kerjanya, tetapi saat itu saya sangat ketakutan. Pengalaman ini semakin membuka pikiran saya bahwa internet dan sosial media sudah tidak aman.

Sayangnya, pada saat itu isu ini tidak begitu banyak dibahas khususnya di Indonesia. Bahkan, saat itu masih sangat sulit mencari literatur berbahasa Indonesia yang membahas mengenai internet dan sosial media. Baru-baru ini saja, isu ini mulai muncul ke permukaan. Dan sayangnya, masih belum ada mekanisme yang jelas untuk melindungi kita dari kejahatan di ruang virtual kecuali kemampuan untuk mengendalikan diri dan lebih bijaksana dalam menggunakan internet dan sosial media.

Pada tahun 2019, saya mulai merubah aktivitas bermain internet dan sosial media. Beberapa diantaranya:

  • Decluttering isi sosial media dan menghapus akun sosial media yang sudah tidak aktif.
  • Tidak sembarang mengaktifkan GPS dan mengizinkan aplikasi untuk "melihat" lokasi, galeri, kontak HP, pesan dll.
  • Selektif dalam mempublikasikan diri (foto, video, isi pikiran dan perasaan).
  • Selektif dalam mengikuti akun di sosial media.
  • Membatasi waktu bermain sosial media.

Sudah empat tahun saya menerapkan ke lima hal tersebut. Semakin dewasa, saya hanya memposting karya tulisan dan pencapaian positif saya daripada detail kepemilikan materi atau keseharian saya. Bahkan, saat ini saya sangat menghargai dan menganggap penting sebuah privasi. Saya tidak begitu suka di foto atau video oleh sembarang orang. Itulah, kisah singkat saya tentang internet dan sosial media.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline