Lihat ke Halaman Asli

UMU NISARISTIANA

Content Writer

Conscious Marriage: Tips Pernikahan Awet Tanpa Banyak Drama

Diperbarui: 13 Agustus 2021   08:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Love. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Prostooleh

Konsep conscious marriage yang dipopulerkan oleh Rani Anggraeni Dewi, seorang pre-martial consultant dan couple relationship therapist mensyaratkan bahwa pernikahan yang baik adalah pernikahan yang terjadi dengan kesadaran penuh untuk berproses, bertumbuh dan berubah secara bersama. Kesadaran ini sangat membantu pasangan dalam melakukan komunikasi, berdiskusi hingga mengkompromikan tingkah laku pasangan.

Jadi, bagaimana mencapai conscious marriage?

Idealnya untuk mencapai conscious marriage dimulai dari mempersiapkan diri sendiri dengan berkontemplasi; bertanya-jawab dengan diri sendiri mempertanyakan seputar

  1. Apa benar sudah butuh menikah secara mental, fisik dan finansial?
  2. Apa alasan logis kita butuh menikah?
  3. Apa makna pernikahan menurut kita?
  4. Apa saja kemungkinan tantangan dan konflik yang akan dihadapi? Bagaimana kita merespon dan menyelesaikan tantangan atau konflik tersebut?
  5. Pasangan seperti apa yang kita butuhkan?

Berkontemplasi sebelum menikah menjadi penting, setidaknya sebagai bekal berkenalan dengan diri sendiri serta memetakan kebutuhan dan keinginan kita. Pengetahuan mengenai diri sendiri sangat penting dalam memperteguh kesadaran untuk mencapai conscious marriage serta proses kontrol diri terhadap situasi sulit yang mungkin terjadi selama pernikahan.

Setelah melakukan kontemplasi dengan diri sendiri, barulah melakukan diskusi bersama pasangan untuk saling mengenal visi-misi pernikahan, prinsip/nilai/moral yang diyakini pasangan. Perkenalan pasangan sebelum menikah hanyalah secuil fakta dari diri pasangan disamping ribuan fakta-fakta baru, bahkan bisa jadi fakta tentang pasangan yang kita ketahui sebelum menikah akan sangat berbeda setelah menikah.

Itulah realita yang terjadi di lapangan, jika pernikahan terjadi bukan secara sadar melainkan unconscious marriage dimana mengaanggap bahwa pasangan adalah pasangan yang pas dan cocok untuk diri kita maka tidak menutup kemungkinan akan memperbanyak dan memvariasikan drama-drama dalam rumah tangga.

Perlu digarisbawahi bahwa tidak ada pasangan yang 100% pas dan cocok untuk diri kita, sebab manusia akan terus bertumbuh dan berubah tiap periode waktu. Dengan menyakini bahwa pasangan adalah orang yang pas dan cocok hanya akan membuat kita kesulitan untuk beradaptasi, berkompromi, berdiskusi dan memecahkan masalah bersama. Saling bertumbuh dan berproses bersama menjadi jalan yang tepat untuk memperlanggeng hubungan dengan pasangan bukan hanya dalam hal personal namun juga karir dan rumah tangga. Jadi, pastikan pernikahanmu adalah pernikahan yang terjadi dengan kesadaran penuh.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline