Lihat ke Halaman Asli

UMU NISARISTIANA

Content Writer

Dua Peringatan Penting untuk Para (Calon) Orang Tua

Diperbarui: 26 April 2021   10:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Perlu disadari menikah dan menjadi orang tua bukan hal yang patut digampangkan. Untuk memutuskan menikah saja ada banyak tahapan formal maupun informal yang perlu pertimbangkan dan didiskusikan mengingat menikah bukan hanya berlangsung dua-tiga tahun tetapi berlangsung seumur hidup. Apalagi keputusan untuk menghadirkan manusia baru di dunia, peran dan tanggung jawab semakin bertambah bukan hanya kepada diri sendiri, tetapi juga kepada Tuhan, lingkungan sosial dan juga anak tersebut. Salah satunya, membantu pertumbuhan dan perkembangan fisik, psikis dan ruh anak adalah tanggung jawab orang tua.

Sehingga daripada itu, ada dua peringatan penting untuk para calon orang tua atau orang tua mengenai tanggung jawab tersebut:

Pertama, perlu diingat bahwa bersungguh-sungguh untuk berbenah dan merubah sifat -- sikap sebelum memutuskan untuk menikah adalah suatu keharusan. Bukan hanya sebagai tarekat untuk didekatkan dengan pasangan yang baik juga tetapi perlu diingat bahwa faktor hereditas (keturunan) merupakan salah satu faktor yang signifikan dalam membentuk kepribadian anak. Seorang ibu yang pendengki kemungkinan besar akan menurunkan sifat ini kepada putra/putri-nya. Seorang ayah yang kasar juga kemungkinan besar akan menurunkan sifat ini kepada putra/putri-nya. Demikian pula, sifat jujur, lemah lembut, berani, pekerja keras dan lain sebagainya. Dengan bersungguh-sungguh berbenah dan merubah diri harapanya sifat-sifat yang akan diturunkan kepada anak adalah sifat-sifat yang baik. Saking pentingnya hal ini, ada suatu ungkapan mendidik anak bermula saat kita memilih pasangan. Bahkan Rasulullah dalam sebuah hadis "Lihatlah kepada siapa anda letakkan nutfah (sperma), karena sesungguhnya asal (al-'irq) itu menurun kepada anaknya."

Kedua, orang tua sangat berpengaruh terhadap nasib, masa depan, kebahagiaan dan kesengsaraan anak. Saking pentingnya hal ini, Rasulullah dalam sebuah hadis "Orang yang bahagia adalah orang yang telah berbahagia di perut ibunya dan orang yang sengsara adalah orang yang telah sengsara di perut ibunya." Dari sini maka penting bagi orang tua untuk berpegang teguh komitmen terhadap norma, nilai dan hukum agama dalam kehidupan serta menyediakan lahan bagi kebahagiaan anak agar ia dapat tumbuh dengan akhlak mulia dan diridhai Allah. Contoh kecil; orang tua sangat perlu memperhatikan darimana sumber penghasilan mereka. Apakah penghasilan tersebut didapat dari usaha halal atau haram? Jangan sampai orang tua memberi makan anak dari hasil usaha yang haram, sebab secara langsung akan berpengaruh terhadap sifat, sikap dan kepribadian anak. (Mungkin bagi sebagian orang hal ini terdengar tidak rasional, tetapi coba mulai perhatikan orang-orang sekeliling kamu dan telusuri mereka. Kemungkinan besar kamu akan berubah pikiran, sebab saya pernah melakukan hal itu)

Contoh kecil lainya; salah satu studi menemukan ada perbedaan yang signifikan antara anak yang dibesarkan dengan perhatian penuh orang tua hingga berusia tiga tahun dengan anak yang dibesarkan di lembaga anak. Ternyata anak yang tidak merasakan kasih sayang orang tua paling tidak memiliki empat sifat secara umum; ketika dewasa mereka tidak memiliki semangat, tidak mampu melakukan hubungan sosial, dingin (tidak memiliki motivasi dan sulit menyelesaikan pekerjaan), selalu menilai negatif orang lain dan sulit percaya kepada orang lain. Dari sini maka penting bagi orang tua untuk berkomitmen menaruh perhatian ekstra dan cinta kasih kepada anaknya di tiap tahapan perkembangan.

Ada satu tips parenting dari Rasulullah dalam hadis "Anak adalah sebagai tuan selama tujuh tahun (pertama). Sebagai pemantu selama tujuh tahun (kedua) dan sebagai wazir (menteri) selama tujuh tahun (ketiga). Jika kamu masih mampu membantunya di saat umut dua puluh tahun bantulah dia. Jika tidak mampu, lepaskanlah dia. Maka selesailah sudah tanggung jawabmu di hadapan Allah." Isi dari hadis ini bisa di sederhanakan bahwa tujuh tahun pertama orang tua membantu perkembangan anaknya dengan penuh kasih sayang dan cinta. Tujuh tahun kedua hendaknya orang tua banyak memberikan motivasi agar anak terampil melakukan berbagai pekerjaan orang tua yang bisa dibantunya. Orang tua perlu sering memberikan hadiah dan pujian jika anak melakukan perbuatan baik seperti membantu pekerjaan rumah. Tujuh tahun ketiga, hendaknya antara orang tua dan anak berlangsung hubungan berdasarkan prinsip penghormatan dan musyawarah layaknya seorang raja dengan menteri.

Paling tidak bagi saya dua hal ini cukup penting untuk diperhatikan oleh para calon orang tua atau yang sudah menjadi orang tua agar kelak keturunan kita mampu memberikan manfaat bagi agama, keluarga, negara dan lingkungan dunia pada umumnya. Jadi, bagaimana? Sudah siapkah kamu menjadi orang tua?




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline