Kisah saya berawal dari ketertarikan di bidang lingkungan hidup pada tahun 2018
Akibat hobi menonton film dokumenter, membuat saya tertarik untuk hidup secara berkesadaran termasuk dalam hal membeli dan mengkonsumsi barang. Film dokumenter yang saya tonton memberikan gambaran jelas mengenai keegoisan manusia terhadap lingkungan. Bagaimana gaya hidup manusia merusak alam-hewan-tumbuhan. Bahkan para ahli mengatakan panas bumi dan tinggi air laut semakin meningkat yang mana bukti krisis iklim semakin terpampang jelas. Inilah titik balik saya yang semula acuh terhadap lingkungan menjadi sangat bertekad menjadi manusia dengan versi terbaik.
Semenjak saat itu saya rutin menggali pengetahuan tentang lingkungan melalui membaca artikel online, melihat tayangan youtube dan mengikuti acara lingkungan hidup seperti tukar baju agar semangat saya untuk mencintai lingkungan tetap terjaga. Dari sini saya juga tertarik untuk belajar mengelola sampah organik maupun anorganik. Untuk sampah organik (sampah yang mudah terurai) seperti; sisa makanan, buah-sayur yang membusuk, kertas dan kardus saya jadikan pupuk cair. Pembuatan pupuk cair sangat mudah; masukkan semua sampah organik (kulit pisang-cangkang telur-sisa makanan) ke dalam botol air mineral bekas kemudian dicampur dengan air dan tutup rapat. Selanjutnya tunggu tiga sampai satu minggu dan pupuk cair siap digunakan.
Sedangkan untuk sampah anorganik (sampah yang sulit terurai) seperti; botol plastik, kaca, sedotan, besi dan lain sebagainya awalnya saya antarkan ke bank sampah terdekat. Namun, lambat laun membuat saya bosan sebab tidak mendapat imbalan apa-apa setelah saya susah payah memilah dan mengantarkan sampah. Kemudian, secara tidak sengja saat saya datang ke acara kuliner saya mengunjungi stand Rapel Indonesia. Disitu saya diarahkan untuk mendowload aplikasi Rapel Indonesia dan diajarkan cara menggunakannya saat akan menjual sampah anorganik. Rapel Indonesia adalah aplikasi yang mewadahi user (orang yang akan menjual sampah) bertemu dengan kolektor (orang yang akan membeli sampah dari user).
Semenjak saya berkenalan dengan Rapel Indonesia saya mulai bersemangat kembali untuk memilah dan mengumpulkan sampah anorganik sebab penyaluran sampah menggunakan aplikasi Rapel Indonesia akan diberikan imbalan berupa uang. Harga yang ditawarkan berbeda-beda tergantung dari jenis sampah yang akan dijual. Misal untuk satu kilo sampah botol mineral Rp 700 - Rp 1.700 semakin berat sampah harganya semakin mahal. Transaksi pertama saya mendapatkan uang Rp 2.000.
Dari pengalaman saya dua tahun transaksi menggunakan Rapel Indonesia, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan;
1. Kumpulkan sebanyak-banyaknya sampah yang akan ditukar. Agar mendapatkan banyak sampah saya rutin mengumpulkan sampah dari teman-teman kos. Mulai dari botol skin care atau kosmetik, botol air mineral, kertas yang tidak terpakai dan barang-barang rusak lainnya disekitar lingkungan kos. Kebiasaan ini saya lakukan setiap satu bulan sekali dan pernah saya mendapatkan uang Rp 55.000. Selain itu saya juga terbiasa membawa kantong plastic bekas untuk mengumpulkan sampah di sekitar tempat wisata yang saya kunjungi.
2. Kelola sampah sebelum dijemput oleh kolektor. Kelola disini artinya kita harus memisahkan masing-masing sampah sesuai dengan jenisnya agar nanti tidak menyulitkan kolektor yang menjemput apalagi jika sampah yang akan ditukarkan cukup banyak. Sehingga nanti saat kolektor menjemput bisa langsung ditimbang dan bayar.
Aplikasi Rapel Indonesia ini sangat membantu bagi; mahasiswa dan ibu rumah tangga yang sedang mencari tambahan uang jajan. Meskipun uang yang didapatkan tidak seberapa, tetapi jika dirutinkan hasil dari pengelolaan dan penjualan sampah bisa lumayan apalagi didapatkan tanpa perlu usaha yang besar. Jadi, sudah tertarik untuk menambah uang jajan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H