Lihat ke Halaman Asli

Berita UMS

Dikelola oleh Bidang Humas Universitas Muhammadiyah Surakarta

UMS Menutup MSPP Batch VI, Harapkan Peserta Junjung Tinggi Pesan K.H. Ahmad Dahlan

Diperbarui: 2 Maret 2024   09:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok Humas UMS

ums.ac.id, SOLO - Program Studi Ilmu Komunikasi (Ilkom) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) menjadi tuan rumah dalam gelaran Silaturahmi Asosiasi Pendidikan Ilmu Komunikasi Perguran Tinggi Muhammadiyah dan Aisyiah (SILAT APIK-PTMA) selama dua hari pada tanggal 28-29 Februari 2024.

Serangkaian acara pada hari kedua, Kamis (29/2), pelaksanaan Silat APIK-PTMA dilaksanakan dengan membagi kegiatan antara delegasi dosen peserta dengan mahasiswa peserta. Para dosen delegasi mengikuti kegiatan kunjungan ke Desa Binaan Prodi Ilkom UMS yang berada di Kec. Cepogo, Boyolali.

Dalam pelaksanaan kunjungan ke desa binaan, para dosen diperkenalkan dengan beragam kebudayaan, kesenian, serta hasil kerajinan dari warga setempat.

Salah satu dosen delegasi dari Universitas Muhammadiyah Tangerang (UMT), Fitri, mengungkapkan perasaannya saat berada di Desa Binaan Prodi Ilkom UMS.

"Di sana saya menemukan sesuatu yang benar-benar unik, di mana nilai-nilai tata krama, tradisional, itu seperti permainan tradisional tadi, kita diajarkan tentang banyak hal dari masyarakat. Bagaimana nrimo ing pandum gitu, jadi nilai kekeluargaan serta kebersamaan," kata Fitri, Sabtu, (2/3).

Adapun, beberapa hal yang diperkenalkan dalam kunjungan ke desa binaan di antaranya, pengenalan tokoh-tokoh wayang, permainan tradisional, hingga pengenalan makanan khas setempat, yaitu sambel tumpang yang terbuat dari tempe bosok, dan ditutup dengan makan buah durian hasil panen warga.

"Sambel tumpang yang disajikan tadi sangat enak begitu ya, dan ternyata terbuat dari tempe bosok, yang rasanya ternyata tidak pahit, tidak terasa seperti bayangan kita ketika mendengar tempe bosok gitu," ungkap Dosen Ilmu Komunikasi UMT itu.

Menurutnya itu merupakan suatu hal yang unik dan perlu dilestarikan dimana dengan maraknya junk food yang banyak dikonsumsi masyarakat di generasi sekarang.

"Kayaknya generasi sekarang musti nyobain," pungkasnya.

Tak hanya itu, para dosen pun mengunjungi tempat penjualan hasil kerajinan warga setempat, yaitu kerajinan kuningan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline