Lihat ke Halaman Asli

AI Tak Bisa Gantikan Peran Ulama, Ini Penjelasan Dosen Umsida

Diperbarui: 24 Februari 2023   09:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

AI

Dunia kini tengah mengalami kegandrungan tersendiri dengan munculnya Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan ChatGPT. Ini karena AI memiliki kemampuan untuk menjawab pertanyaan atau perintah dari penggunanya hanya dengan mengetik sejumlah kalimat tanya atau perintah.

Ya, dengan menggunakan AI seperti ChatGPT, pengguna hanya perlu mengetikkan sejumlah kalimat, untuk kemudian ChatGPT memberikan jawaban yang komprehensif layaknya seorang pakar di bidangnya, dan ia menguasai semua bidang pengetahuan.

AI mampu memahami, menjawab pertanyaan, atau melaksankaan perintah yang sifatnya basic hingga advance tentang ilmu pengetahuan bahkan membuat karya sastra seperti puisi layaknya penyair hebat.

Lebih jauh, AI ini juga bisa mendesain sebuah gambar imajinatif sesuai pesanan dengan kecepatan yang luar biasa. Mengalahkan seniman yang perlu waktu lama untuk membuatnya.

Namun, apakah benar bahwa AI adalah "ciptaan" manusia yang memuncaki invensi atau temuan manusia?

"Munculnya Teknologi AI tidaklah jauh berbeda seperti kemunculan teknologi-teknologi lainnya. Seperti lahirnya teknologi pesawat terbang, telepon, internet dan jaringan telekomunikasi 5G," ungkap Irwan Alnarus Kautsar PhD dosen Program Studi (Prodi) Informatika, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) yang menyampaikan AI adalah temuan layaknya temuan lainnya.

Namun memang fenomena AI kali ini dirasa beda dengan yang sebelumnya. Sebagian besar contoh AI yang kita dengar dewasa ini -- mulai dari komputer yang bermain catur hingga mobil yang mengendarai sendiri. Dengan menggunakan teknologi ini, komputer dapat dilatih untuk menyelesaikan tugas-tugas tertentu dengan memproses sejumlah besar data dan mengenali pola dalam data.

"Teknologi AI ini sebenarmya merupakan sebuah konsep teknologi yang mana manusia mendesain sedemikian rupa agar mesin tersebut dapat belajar mandiri (Indpendent Learning Machine) dan memberikan luaran/output berdasar data-data lampau yang sudah tersimpan di database dan/atau data-data yang diolah berdasar perhitungan statistik (Data Sainsm)," tutur Irwan menjelaskan cara kerja AI semacam ChatGPT.

Meski demikian, melihat fenomena AI yang semakin canggih, memunculkan pandangan lebih jauh tentang banyaknya peran para pakar yang diambil alih oleh AI, termasuk boleh jadi termasuk peran ulama dalam mengatasi persoalan keagamaan.

Namun, berbeda dengan pandangan awam tersebut, pak Irwan menjelaskan bahwa sebenarnya AI tersebut tidak akan mampu menggantikan peran manusia di masa depan dalam hal menangani hal baru. Ini karena AI tersebut tidak dibekali dengan kemampun problem solving manusia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline