Lihat ke Halaman Asli

UmsidaMenyapa1912

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

Menyucikan Nafs, Menenangkan Qalb: Esensi Dzikir dalam Kehidupan Seorang Hamba

Diperbarui: 17 Januari 2025   11:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Pexels

Oleh: Kumara Adji Kusuma
(Dosen Universitas Muhammadiyah Sidoarjo dan Wakil Ketua Majelis Tabligh PDM Sidoarjo)

Apa yang menghubungkan makhluk dengan Sang Khalik? Jawabannya tidak lain adalah aktivitas dzikir ( ), yaitu mengingat Tuhan, Allah SWT ( ). Dzikirullah merupakan wujud dari keterhubungan manusia dengan Penciptanya.

Aktivitas Menyucikan Nafs dan Menenangkan Qalb

Melalui aktivitas mengingat tersebut, seorang hamba menyadari akan Tuhannya, sehingga terhubunglah ia dengan Rabbnya. Allah SWT dalam firmanNya memberitahukan bahwa barang siapa yang mengingat Allah maka Allah akan mengingatnya (QS. Al-Baqarah: 152).

Hal tersebut ditegaskan oleh Rasulullah SAW, dalam sebuah hadits beliau menyampaikan sabda Allah, "Aku bersama hamba-Ku ketika ia mengingat-Ku" (HR Bukhari dan Muslim). Dalam hadits lainya, Rasulullah menyampaikan bahwa jika hamba Allah mendekatiNya dengan berjalan, maka Allah akan mendekatinya dengan berlari (HR Bukhari dan Muslim).

Dengan kata lain, barang siapa yang menautkan dirinya, melalui dzikir kepada Allah, maka Allah akan menyambut tautan itu. Dan sebaliknya, barang siapa yang melepaskan tautan tersebut, tentu ini menjadi keputusan pribadinya. Sehingga seorang yang beriman kepada Allah adalah orang yang selalu berusaha untuk menautkan dirinya kepada Penciptanya yang sekaligus tujuan akhir kehidupannya (QS. Al-Alaq: 8).

Aktivitas dzikrullah memberikan pembedaan yang signifikan tentang hakikat eksistensi hidup seorang manusia. Secara hakikat, seorang hamba akan disebut hidup adalah ketika ia sedang berdzikir. Seperti disampaikan Nabi SAW melalui sahabat beliau Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda:

"Perumpamaan orang yang mengingat Tuhannya dengan orang yang tidak mengingat Tuhannya adalah seperti orang yang hidup dan orang yang mati." (HR. Bukhari dan Muslim). Karena itu seorang muslim akan senantiasa berusaha di setiap waktu dan tempat untuk mengingat Allah. Inilah hakikat hidup sebenarnya, ketika kita terhubung dengan Allah SWT.

Tanpa dzikrullah, yakni dalam pengertian seseorang yang mengabaikan Tuhannya hingga lupa dengan hakikat kediriannya  (QS. Al-Hasyr: 19), maka ia akan menyatu dengan dunia, sehingga hanya tubuhnya biologisnya yang berfungsi. Secara hakikat ia ada dalam kematian.

Dengan mengingat sang Mahahidup, seorang hamba akan memiliki kehidupan yang sebenarnya, karena Allah yang akan membersamainya. Inilah hakikat hidup dalam dunia yang fana. Dengan menghadirkan Allah yang Mahahidup melalui dzikir kepadaNya, maka kehidupan di dunia ini mengalami hidup yang sejati. Hidup di dunia ini pun menjadi berarti, bermakna, dan layak untuk dijalani.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline