Terhitung sejak 20 Oktober kemarin, Presiden ketujuh Republik Indonesia, Joko Widodo, sudah resmi digantikan oleh presiden Prabowo Subianto untuk periode pemerintahan 2024 - 2029.
Dua periode memimpin Indonesia, presiden yang akrab disapa Jokowi itu tak luput dari berbagai perspektif masyarakat, baik positif maupun negatif.
Dalam riset Dr Totok Wahyu Abadi, dosen Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) yang berjudul Fenomena Ujaran Kebencian Terhadap Presiden Jokowi di Media Sosial Studi Netnografi di Media Sosial Twitter, membahas tentang maraknya ujaran kebencian kepada Jokowi selama menjabat.
Lihat juga: Dinasti Jokowi, Saingi 4 Politik Trah yang Ada?
Ditambah lagi dengan jumlah pengguna media sosial yang sangat banyak, membuat baik buruknya. Banyaknya pengguna media sosial juga bisa memunculkan banyaknya oknum yang tidak bertanggungjawab dengan melakukan kejahatan terhadap kelompok atau individu tertentu untuk keuntungan pribadi.
Termasuk presiden Jokowi yang mendapat beberapa jenis ujaran kebencian di media sosial, khususnya Twitter, suatu platform yang menggunakan teks sebagai cara berkomunikasi.
Bentuk ujaran Kebencian Kepada Jokowi di Media Sosial
Ada beberapa jenis ujaran kebencian di media sosial terhadap Jokowi selama menjabat.
Yang pertama yakni ujaran kebencian melalui postingan gambar. Misalnya ada netizen yang mengunggah wajah Jokowi dengan menjelaskan bahwa Jokowi tidak mampu memimpin negara dengan baik yang memiliki tujuan untuk menjatuhkan.
Yang kedua yakni melalui postingan tentang isu-isu dan masalah yang sedang ramai diperbincangkan.
Dan yang ketiga adalah melalui kolom komentar dengan cara menyebarkan informasi melalui tulisan berbahasa yang kasar, menyudutkan, rasis guna untuk menyindir pihak-pihak tertentu.