Ada sahabat yang kini tinggal di Canada, Mbak Pat, ia sangat fasih berbahasa Jawa. Ditengah minoritas sebagai WNI Jawa di luar negeri, ia masih mempertahankan Bahasa Jawanya. Demikian juga artis rocker Indonesia yang tinggal di Amerika yaitu Atiek CB. Ia sangat fasih dengan Bahasa Jawanya. Mengapa WNI asli Jawa di Amerika masih menjaga Bahasa Jawa? Jawabnya, mungkin karena mereka sangat bangga dengan Bahasa Jawa, bahasa daerahnya. Mereka mungkin juga tidak ingin kehilangan budaya asli bangsanya.
Bahasa Derah di Indonesia
Di Indonesia terdapat ratusan suku, budaya dengan Bahasa daerahnya masing-masing. Menurut sebuah sumber, jumlah bahasa yang tersebar di 38 propinsi di Indonesia sebanyak 718 bahasa. Setiap suku mempunyai bahasa daerah yang digunakan untuk berkomunikasi dan bertukar informasi dengan sesama anggota suku.
Seiring dengan berkembangnya jaman dan derasnya arus globalisasi yang sulit dibendung, bahasa daerah banyak ditinggalkan oleh warganya sendiri. Hal ini kontras dengan yang terjadi pada WNI yang tinggal di Amerika seperti yang ditulis diatas. Anak-anak sudah dengan luwesnya berbicara dengan menggunakan Bahasa nasional atau Bahasa Indonesia baik di sekolah, dilingkungan dengan teman-temannya bahkan di dalam keluarga sekalipun. Anak-anak terbiasa menggunakan bahasa Indonesia dengan anggota keluarganya. Bahasa Daerah hanya dipakai oleh sesama orang dewasa.
Generasi muda sudah hampir tidak menggunakan bahasa daerah secara halus dan sesuai dengan tingkat penggunaannya kepada siapa ia berbicara. Contoh Bahasa Jawa mempunyai beragam cara penyampaian kepada lawan bicara, berdasarkan usia, senior dan yang dihormati. Apakah kepada yang lebih muda, teman sebaya, atau orang yang lebih tua. Semua tidak bisa disama ratakan. Ada unggah ungguh Bahasa, yang diterapkan kepada siapa kita berbicara. Misal kalau berbicara dengan sesama teman kita biasa berbicara dengan Bahasa Jawa Ngoko. Kepada yang lebih tua kita memakai Bahasa Krama ( lebih halus ), dan kepada orang yang kita hormati, kita memakai Bahasa Krama Inggil ( paling halus ).
Hal ini berbeda dengan Bahasa Indonesia, yang mana berlaku sama untuk semuanya. Intinya Bahasa daerah ( misal Bahasa Jawa ) jauh lebih sulit daripada Bahasa Indonesia. Bukan saja anak-anak yang tidak bisa atau tidak faham berbahasa Jawa, tetapi orang dewasa pun banyak yang tidak bisa menerapkan Bahasa krama dan Krama Inggil dengan benar. Dan itu sudah hal yang umum dan lumrah terjadi.
Saat ini sedang ada upaya untuk menggalakkan para siswa disekolah untuk bisa berbahasa Jawa dengan benar, terutama kepada orang yang lebih tua misalnya bapak-ibu guru atau orang tua. Tak bisa dipungkiri, menggunakan Bahasa Jawa yang benar sangat berkaitan dengan unggah-ungguh atau tata krama. Anak yang tidak bisa menggunakan Bahasa Jawa yang tepat kepada orang tua akan dianggap tidak sopan, tidak punya tata krama. Untuk membentuk kepribadian siswa tidak hanya dengan pendidikan agama, pendidikan akhlak dan perilaku, namun juga tutur bahasa yang sopan.
Dalam rangka melestarikan budaya dan bahasa daerah yang menjadi kekayaan bangsa Indonesia, berbagai upaya harus dilakukan. Tujuannya agar bahasa daerah tidak akan hilang karena ditinggalkan dan jangan sampai akan menjadi sejarah yang hanya bisa diceritakan kepada anak cucu kita. Ada beberapa ide untuk melestarikan Bahasa daerah, diantaranya adalah sebagai berikut:
Pertama, membiasakan menggunakan bahasa daerah di lingkungan keluarga. Latih dan didik anak-anak kita dengan menggunakan bahasa daerah yang baik dan benar sehingga mereka bisa menerapkannya kepada orang lain terutama kepada orang yang lebih tua di lingkungan sekitar. Anak yang bisa berbahasa daerah dengan baik dan benar pasti akan mendapat apresiasi dari orang lain sebagai anak yang sopan dan menghormati orang lain.
Cara kedua dalam melestarikan dan membuat generasi muda mencintai Bahasa daerah yaitu sering diadakan kegiatan yang mengharuskan menggunakan Bahasa daerah. Contoh dalam pelajaran mulok Bahasa daerah di sekolah, Bahasa pengantar dan komunikasi serta interaksi antar siswa dan guru harus menggunakan Bahasa daerah tersebut. Dengan demikian, semua siswa diharuskan menggunakan Bahasa daerah. Apabila ada siswa yang kurang benar berbahasa bisa dibenarkan oleh guru.
Kegiatan lain yang bisa juga dilakukan adalah dengan mengadakan kegiatan wajib berbahasa serta berbusana daerah dalam waktu yang ditentukan. Kegiatan tersebut bisa ditambahkan dengan kompetisi lain misalnya lomba pidato bahasa daerah, acara kesenian drama dengan pembawa acara dan pemain menggunakan bahasa daerah. Dengan demikian para siswa termotivasi untuk menggunakan bahasa ibu.