Langkah kecil Menumbuhkan Budaya Literasi
Sabtu pagi yang cerah, para siswa MTsN 8 Madiun mulai berdatangan. Mereka disambut oleh Bapak-Ibu guru yang bertugas piket dipintu gerbang madrasah. Salam, senyum dan sapa menjadi sambutan hangat untuk para siswa. Selain sapaan hangat dari para guru, suara murrotal dilantunkan untuk menyambut kedatangan mereka.
Siswa kami berada dalam lingkungan madrasah yang nyaman. Madrasah berada di daerah yang dikelilingi hutan dan sawah dengan panoramanya sangat indah. Udara pagi yang bersih, sejuk dan segar, bebas asap dan polusi, baik untuk kesehatan siswa sehingga menjadi kondisi yang menunjang untuk menuntut ilmu.
Pukul 6.45 menit, para siswa berkumpul dihalaman madrasah. Mereka berbaris rapi untuk mengikuti kegiatan pembiasaan pagi. Kegiatan pembiasaan pagi di madrasah kami bermacam-macam diantaranya hafalan juz 30, asmaul husna, membaca Surat Yasin atau istiqhosah. Setiap hari bergantian. Untuk hari Sabtu, diadakan pembiasaan baru yaitu literasi pagi.
Madrasah kami yaitu MTsN 8 Madiun mencoba menerapkan ide kreatif untuk menumbuhkan budaya literasi. Di tahun ajaran baru ini, ada program baru yaitu Gerakan Literasi Pagi. Gerakan ini diadakan untuk membiasakan para siswa untuk membaca.
Siswa diberi bacaan tentang kisah-kisah inspiratif, biografi tokoh-tokoh islam, tokoh pahlawan, tokoh terkenal dunia dan lain sebagainya. Dihalaman madrasah mereka membaca dengan pelan dengan didampingi semua para guru.
Kegiatan membaca tersebut tidak lama, cukup 5-10 menit. Selebihnya siswa diberi pertanyaan ringan terkait bacaan yang dibacanya. Siswa juga diberi kesempatan untuk menceritakan secara singkat tentang isi bacaan.
Pembiasaan literasi ini diadakan untuk menumbuhkan minat baca siswa. Sudah bukan rahasia lagi kalau kebanyakan siswa tidak suka membaca. Minat baca siswa Indonesia masih tergolong rendah bila dibandingkan dengan negara-negara lain.
Kebanyakan siswa tidak senang membaca baik membaca buku, koran, artikel, majalah dan lain sebagainya. Mereka lebih tertarik bermain game dan media sosial, bahkan menghabiskan waktu berjam-jam tanpa kenal lelah.
Banyak sebab mengapa minat baca siswa rendah. Madrasah kami belum mempunyai perpustakaan yang lengkap koleksi bukunya. Jangankan buku-buku bacaan yang menarik, buku pelajaran saja belum mencukupi sejumlah siswa. Selain itu budaya baca siswa belum dibiasakan sejak kecil. Mereka lebih terbiasa dengan gadget mereka. Walaupun tinggal di daerah pinggir hutan namun hampir semua mempunyai gadget.