Saya berbaring bosan sambil memandangi dinding kamar. Jam masih menunjukkan pukul 1 siang, namun perut sudah terasa lapar. Dari kamar, saya mengamati ibu sedang asik membulatkan tepung sembari menikmati suguhan Insert Siang.
Rencananya ibu akan membuat Karedo Maci Kandole untuk menu takjil kami hari ini. Kredo Maci Kandole merupakan salah satu makanan khas bima yang biasa disajikan saat bulan ramadhan. Dibuat dari bahan dasar tepung beras, santan, dan gula merah.
Biasanya jika sedang tidak corona, aktivitas membulatkan tepung biasa dilakukan bersama ibu-ibu lain sembari bercerita.
Kata Ibu, resep karedo maci kandole dibuat dari resep turun temurun. Saat masih menempuh pendidikan di Mataram, ibu sering dikirimkan tepung beras yang salah satunya digunakan untuk membuat karedo maci kandole.
Sekilas, jajanan ini mirip dengan kuliner Candil dari tanah jawa, karena memiliki bahan dasar yang hampir sama, yaitu tepung beras dan gula merah. Jika dicari perbedaannya saya rasa ada pada besarnya bulatan. Karedo maci kandole sendiri besarnya kurang lebih sebesar kelereng. Namun saya pribadi belum pernah mencicipi candil.
Saya sendiri bukan penggemar makanan manis. Namun, untuk karedo maci kandole saya termasuk orang yang gemar menyantapnya. Rasanya dominan manis dan kenyal.
Karedo Maci Kandole berasal dari bahasa bima. Karedo berarti 'bubur', maci artinya 'manis, dan kandole artinya 'bulat'. Sehingga berarti bubur manis yang bulat.
Salah satu teman saya mengomentari namanya yang terlampau panjang yang membuat saya hanya bisa tersenyum. Memang sudah dari sana adanya begitu.
Dalam pembuatannya, ibu biasa menggunakan menggunakan tepung beras, gula merah, susu kental manis, dan santan.
Tepung beras ditambahkan air panas secukupnya. Diuleni hingga kalis. Bentuk bulatan sebesar kelereng.
Didihkan air panas, tambahkan gula merah, santan, susu, dan bulatan tepung. Masak hingga matang.