Lihat ke Halaman Asli

Ummu Rahayu

Engineer sekaligus Penulis

Kuluk-Kuluk Hujan, Teriak Doa Kalimantan

Diperbarui: 17 Juni 2015   10:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14251005911736708320

Kalau hujan begini saya jadi teringat apa yang biasanya diteriakkan orang-orang di Kalimantan. Hujan di sini biasanya sangat deras, disertai angin kencang, dan kilat-kilat sudut langit. Kadang, guntur menggemuruh, petir pecah. Bayangkan, curah hujan di Kotawaringin Timur bisa mencapai 2.343,3 Mm dengan jumlah hari hujan rata-rata 170 (data Kabupaten Kotawaringin Timur dalam Angka Tahun 2014 diterbitkan oleh Badan Pusat Statisik).

Hujan di sini sering menenggelamkan halaman rumah bahkan satu gang penuh. Kalau sudah hujan deras, orang-orang biasanya senang lalu menerikakkan “Kuluk kuluk kuluk hujjaaannnnn!” dengan nyaring dan diakhiri suara melengking, atau “Kuluk kuluk kuluk kullluuukkkkkkk!”.

Bagi Anda yang berada di Sampit, jangan heran kalau banyak orang di sekitar yang akan berteriak begitu. Masyarakat setempat memandang hujan deras merupakan anugerah. Kata-kata itu berisi doa agar hujan semakin deras, deras, dan deras. Mereka berteriak dengan ekspresi senang atau sambil dibawa bercanda. Serius, ini betulan.

Saya menengok masa lalu. Hujan sepertinya memang tempat bergantung masyarakat Kalimantan, selain sungai. Jaman dulu, di rumah nenek tidak ada PDAM. Beliau sering menampung air dengan drum-drum. Air dialirkan dengan pipa seadanya dari atap. Kalau sudah hujan, nenek, kakek, dan saya akan rempong basah-basahan mengarahkan pipa ke drum.

Dulu, sebelum ada PDAM, masyarakat Kalimantan menimba air dari sungai untuk keperluan mencuci dan mandi. Sedangkan untuk memasak atau minum, mereka perlu air bersih sehingga hujan deras menjadi harapan. Tentu, hujan ini juga menjadi kebahagiaan bagi para petani. Sekarang, air hujan dimanfaatkan untuk menyikat halaman, kain pel, dan sebagainya. Kata-kata itu pun juga masih sering diteriakkan. Kiranya begitulah asal mula teriakkan Kuluk-Kuluk Hujan.

*Silahkan mengutip asal menyebutkan sumber

[caption id="attachment_370863" align="aligncenter" width="301" caption="Menampung air hujan."][/caption]

Mau tahu budaya, kuliner, pernak-pernik tradisional dan tempat-tempat menarik di Sampit? Kunjungi kotasampit.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline