Lihat ke Halaman Asli

Ummu Kultsum

Mahasiswa - Bimbingan dan Konseling

Konseling Kelompok dengan Teknik REBC untuk Mengurangi Stres Akademik Siswa

Diperbarui: 9 November 2024   19:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

(artikel ini dibuat untuk memenuhi tugas kelompok, yang disusun oleh Anita Widyawati, Mutia Mahmudah, Rulli Fatmawati, dan Ummu Kultsum, untuk memenuhi tugas UTS mata kuliah "Praktikum Konseling Kognitif Perilaku" yang diampu oleh Bapak Dosen Dr. Bakhrudin All Habsy M,Pd)

Stres muncul dari kecemasan terhadap masa depan atau ketidakpastian serta konflik dalam diri. Kecemasan dianggap lebih berat dari ketakutan karena tidak hilang begitu saja saat penyebabnya menghilang. Stres yang bisa diatasi melalui konseling kelompok dengan pendekatan Rational Emotive Behavior Counseling (REBC) antara lain adalah stress akademik. 

Pendekatan REBC merupakan suatu metode konseling kognitif-behavioral yang menghubungkan perasaan, pikiran, dan perilaku. REBC, dikembangkan oleh Albert Ellis, didasarkan pada pemahaman bahwa individu cenderung memiliki pola pikir irasional namun dapat belajar berpikir rasional melalui proses tertentu.

STRES AKADEMIK

Stres akademik adalah respons yang muncul akibat tekanan terkait akademik, seperti interaksi guru-siswa, keinginan berprestasi, manajemen waktu, pengaruh teman sebaya, banyaknya materi, dan ketakutan gagal. Stres ini penting diperhatikan karena berdampak pada pendidikan, mengganggu fisik (misalnya sulit tidur, jantung berdebar) dan menurunkan prestasi, bahkan menyebabkan keterlambatan studi atau putus sekolah. Terdapat dua aspek stres akademik, yaitu:

1. Stressor Akademik – Situasi yang menuntut penyesuaian lebih dari biasanya, meliputi:

  • Frustrasi : Hambatan dalam mencapai tujuan.
  • Konflik : Pilihan berlawanan yang menekan.
  • Tekanan : Dorongan untuk meningkatkan kinerja.
  • Perubahan : Situasi baru yang mengganggu.
  • Self-imposed: Tekanan yang diciptakan sendiri, seperti keinginan berkompetisi.

2. Reaksi terhadap Stressor Akademik – Cara siswa bereaksi, yang meliputi:

  • Reaksi fisiologis: Misalnya keringat berlebihan dan sakit kepala.
  • Reaksi emosional: Emosi seperti ketakutan atau marah.
  • Reaksi perilaku: Misalnya merokok atau menyendiri.
  • Penilaian kognitif: Strategi mengatasi stres, seperti analisis masalah.

Faktor-faktor yang mempengaruhi stres akademik pada siswa terbagi menjadi dua:

1. Faktor internal:

  • Frustrasi              : Muncul saat ada hambatan dalam pencapaian tujuan hidup siswa.
  • Konflik                 : Terjadi ketika siswa dihadapkan pada pilihan yang berlawanan.
  • Tekanan               : Bersumber dari ambisi internal atau dorongan dari luar.
  • Self-imposed    : Stres yang ditimbulkan sendiri, misalnya tuntutan untuk mencapai nilai tinggi.

2. Faktor eksternal:

  • Keluarga              : Kondisi keluarga, seperti konflik atau kurangnya perhatian, dapat menyebabkan stres.
  • Sekolah                : Meliputi tekanan akademik (metode pengajaran, tugas, ujian) dan tekanan sebaya (konflik atau kompetisi dengan teman).
  • Lingkungan fisik : Kondisi sekitar yang kurang nyaman, seperti cuaca panas atau keramaian, yang mengganggu konsentrasi belajar.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline