Lihat ke Halaman Asli

Ninis

Aktivis Muslimah Balikpapan

Menakar Efektifitas Program Makan Siang Gratis

Diperbarui: 31 Mei 2024   21:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Oleh: Ninis  (Aktivis Muslimah Balikpapan)

Makan siang gratis menjadi progam andalan Prabowo-Gibran sejak awal pencalonan capres dan wapres. Sebab program tersebut dianggap sebagai program yang realistis dan praktis. Alhasil, setelah memenangkan pesta demokrasi mereka berjanji akan tetap merealisasikan program tersebut. Program yang ditujukan untuk ibu hamil, anak sekolah dalam rangka mengatasi stunting dan sebagai investasi SDM. 

Untuk menyukseskan progam tersebut, Wakil presiden terpilih 2024, Gibran Rakabuming Raka mengirimkan tim Prabowo-Gibran ke India. Pengiriman tim untuk mempelajari program makan siang gratis dari negara India. Menurutnya, India menjadi negara percontohan untuk program makan siang gratis. Dipilihnya India sebagai percontohan disinyalir karena kesamaan jumlah penduduk yang banyak dan kesamaan kultural. 

Indonesia diharapkan bisa belajar dan mencontoh India yang sejak tahun 1995 menjalankan progaram makan siang gratis. Selain itu, tim juga belajar bagaimana program itu berjalan tapi tidak memberatkan Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Skema pembiayaannya didanai dari persentase belanja pemerintah pusat dan pemerintah bagian sebesar 60 banding 40. Di India pemerintah bermitra dengan organisasi nirlaba.

Makan siang gratis selain sebagai investasi SDM, pemerintah juga bercita-cita ingin lepas dari middle income trap. Seperti yang dilansir dari media kompas, Ketua Umum (Ketum) Partai Golkar sekaligus Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, sumber daya manusia (SDM) yang unggul sangat penting untuk membawa Indonesia lepas dari middle income trap. 

Lantas, efektifkah program makan siang sebagai investasi SDM dan mampu melepaskan Indonesia dari middle income trap? 

Program Tidak Efektif

Makan Siang gratis bukanlah program yang baru, sebab mencontoh negara India dan beberapa negara lain yang lebih dulu menerapkan ini. Program tersebut digadang-gadang pemerintah sebagai solusi untuk atasi stunting dan meningkatkan kualitas SDM. Tapi nyatanya, program tersebut belum efektif di negara yang menjadi percontohan yakni India. 

Bahkan Ekonom dari Center of reform on Economics (CORE) Indonesia, Yusuf Rendy Manilet mencatat program makan siang gratis tak cukup ampuh mengatasi masalah gizi buruk di India. Dan menurut berbagai sumber dikatakan di India masalah gizi masih ditemui meskipun program ini sudah dijalankan.

Patut diketahui, tantangan program makan siang gratis di India adalah kualitas makanan yang diberikan masih rendah dan terbatas. Bahkan kontaminasi makanan di sana dapat menyebabkan kematian. India yang sudah bertahun-tahun menjalankan program ini pun terbukti belum mampu mengentaskan gizi buruk.

Terlebih, terselenggaranya program ini disinyalir membuka peluang terjadinya kasus korupsi. Artinya, program ini jauh panggang dari api, makin sulit mewujudkan target yang dimaksud karena dananya dikorupsi. Hal tersebut dibenarkan oleh ekonom dari CORE Indonesia, Yusuf Rendy Manilet, Ia mengatakan pelaksanaan program makan siang gratis di China hingga India rawan dikorupsi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline