Di atas Rumah Kampung. Dokpri.
Yang Tercinta
Kampung Halamanku
di Surabaya.
Segala puji hanya bagi Allah Azza Wa Jalla. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah shalallahu alaihi wasallam, keluarga, para sahabat dan pengikutnya sampai akhir zaman.
Dear Kampung.
Entah ini sudah lebaran ke berapa aku tidak mengunjungimu. Bukan karena aku tidak merindukanmu, melainkan karena banyak hal yang membuatku tak bisa mengunjungimu. Karena itu, maafkan aku.
Dear Kampung.
Semenjak kedua orangtuaku meninggal dunia aku memang enggan mengunjungimu. Jika aku terpaksa mengunjungimu maka beberapa fragmen kehidupan bersama mereka akan muncul di benakku tanpa bisa kucegah Dan hal itu membuatku sedih karena pikiranku mau tidak mau melayang ke masa lalu.
Dear Kampung.
Tahun 1970-an saat aku masih anak-anak, Bapak suka membacakan buku cerita di depanku. Bukunya berjudul "Little House on the Prairie". Buku karya Laura Ingalls Wilder dengan tokoh utama Laura itu membuatku bermimpi untuk memiliki rumah kecil di areal pertanian. Alhamdulillah sekian puluh tahun kemudian Allah ta'ala memberiku rumah di areal pertanian.
Tahun 1980-an saat aku duduk di kelas 2 SMP Negeri 4 Surabaya, Bapak adalah orang pertama yang memotivasi diriku untuk menulis dengan memberiku hadiah buku diari agar aku menulis setiap hari. Bapak juga sering menyuruhku membaca buku motivasi yang bertajuk "Petunjuk Hidup Tenang" karya Dale Carnegie, buku kesehatan mental karya DR. Zakiyah Darojat dan beberapa majalah psikologi Anda. Sehingga aku bermimpi menjadi psikolog dan sekaligus penulis.
Menjelang kematiannya, Bapak selalu memberiku informasi tentang lomba menulis dan menganjurkan aku untuk mengikutinya. Meskipun aku belum pernah menang dalam lomba menulis aku merasa bahagia. Karena dengan sering mengikuti lomba menulis ketrampilanku menulis semakin terasah. Dan hasilnya, beberapa tahun kemudian sebuah penerbit mayor menerbitkan bukuku. "Qodarullah" Ayah sudah meninggal. Semoga ilmu yang beliau berikan kepadaku menjadi jariyahnya. Aamiin Yaa Robbal'alamin.
Ketika Bapak mengalami sakaratulmaut, aku menjaganya sambil membisikkan "talqin" yaitu Laa Ilaha Illa Allah ke telinga Bapak hingga Bapak mengucapkan Laa Ilaha Illa Allah saat hendak menghembuskan nafas terakhirnya pada hari Jumat dini hari. Innalilahi wa Inna ilaihi raji'un. Kami milik Allah dan kepada Nya kami akan kembali.
Dear Kampung.
Setiap aku menginjak rumahku, bayangan Ibu selalu hadir dalam benakku.
Ibu adalah seorang perempuan terbaik di dunia. Karier sebagai staf administrasi sebuah BUMN yang kala itu sedang berada di puncaknya, Ibu tinggalkan demi merawatku yang lahir prematur. Dan kemudian ketika Bapak di-PHK, Ibu tidak segan-segan bekerja apa saja asal halal agar kami bisa makan. Ibu pernah menjadi tukang cuci baju agar aku dan adik-adikku bisa sekolah. Setelah mengikuti kursus menjahit, Ibu membantu Bapak mencari tambahan penghasilan dengan membuka usaha menjahit dan obras. Sehingga aku bisa kuliah.