Beribadah puasa di bulan Ramadhan di negeri orang tentulah berbeda dengan beribadah puasa di negeri sendiri. Namun, sunah-sunahnya tetap sama. Sehingga harus dijalankan dengan baik.
Ramadhan tahun ini adalah Ramadhan kali pertama ananda Izhar di perantauan, tepatnya di kota Madinah, tempat ananda menimba ilmu syariah di Universitas Islam Madinah. Dan pada Ramadhan ini pula ananda telah berbuka puasa di bulan Ramadhan kelima kalinya tanpa orang tua, saudara dan teman-teman di Ma'had Al-Irsyad Bondowoso. Tanpa makanan favorit yang biasa ananda buat sendiri di rumah, seperti roti diberi telur setengah matang, selada, irisan buah tomat mayonais dan saos.
Meskipun Ramadhan tanpa handai taulan, hal itu tidak menurunkan semangat ananda untuk beribadah puasa. Bahkan ananda semakin semangat beribadah puasa di bulan penuh berkah. Karena, Rasulullah shalallahu alaihi wasallam juga selalu bersemangat dalam beribadah di bulan Ramadhan, sebagaimana hadits berikut ini. Dari Ibnu Abbas Ra. ia berkata, Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam adalah orang yang paling semangat dalam beribadah, lebih-lebih pada bulan Ramadhan di mana beliau selalu ditemui malaikat Jibril dan setiap malam Jibril datang lebih semangat dalam melakukan kebajikan daripada angin yang bertiup.(HR Bukhari dan Muslim)
Meskipun menu makanan di Madinah kurang sesuai dengan selera, ananda tetap istiqamah meraih predikat takwa di bulan Ramadhan.
Makanan di Madinah dan Bondowoso boleh bberbeda, tetapisunah-sunah dalam beribadah puasa di bulan Ramadhan tetaplah sama dan ananda berusaha menjalankannya dengan sebaik-baiknya. Sunah-sunah itu antara lain adalah:
1. Mengakhirkan makan sahur. Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda, " Makan sahurlah karena sesungguhnya pada sahur itu terdapat berkah." (HR Bukhari no. 2923 dan Muslim no. 1095).
2. Menyegerakan berbuka puasa ketika sudah tiba waktunya. Rasulullah SAW bersabda, "Manusia akan senantiasa dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka." (HR Bukhari no. 1957 dan Muslim no. 1098). Di Madinah biasa berbuka dengan minum air dan kurma. Kalau berbuka dengan roti Albaik mungkin harus mengantri dulu cukup lama dan lagi mahal harganya.
3. Berbuka dengan berdoa, "Dzahabazh zhoma-u wabtallatil 'uruuqu wa tsabatal ajru insya Allah (artinya: Rasa haus telah hilang dan urat-urat telah basah dan pahala telah ditetapkan Insya Allah) (HR Abu Daud no. 2358). Kadang-kadang ananda berbuka dengan doa lainnya. Karena, ulama salaf di Madinah membolehkannya. Ananda berbuka di asrama bukan di masjid Nabawi.
4. Memberi makan orang yang berpuasa. Karena, Rasulullah SAW bersabda, "Siapa memberi makan orang yang berpuasa maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa sedikit pun."
5. Memperbanyak salat sunah, tilawah, sedekah dzikrullah, sholawat dan istighfar.
6. Pada malam Lailatul Qadar InsyaAllah ananda akan banyak membaca doa ini, "Allahumma innaka 'afuwwun tuhibbul 'afwa fa 'fu anni' (Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf yang menyukai permintaan maaf, maafkanlah aku). (HR. Tirmidzi no. 3513).