Lihat ke Halaman Asli

A Tribute to Mom Ayu

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

Siang sekitar pukul 11:23 AM, sebuah pesan BBM dari ibu berinisial IN yang tidak saya kenal sebelumnya masuk ke BB. Saya tidak pernah bertemu ibu tersebut sebelumnya. Ibu tersebut memperoleh pin saya dari teman kuliah saya. “Assalamualaykum mba Ummu. Mba bisa saya dapat info donor ASI untuk anak teman saya korban kecelakaan KA Malabar yang di Lawang (almh. Ayu)… Putranya Daffa, cowok, usia 7 bulan”. Saat itu, saya yang sedang berada di kelas @YOTMalang #YOTClass 2 tidak menyadari ada pesan yang masuk karena memang sedang fokus mengikuti kelas hari itu.

Setelah selesai #YOTClass, saya menuju ke stasiun untuk pulang ke rumah di Sidoarjo. Saya masih belum memegang BB karena fokus dengan novel “99 Cahaya di Langit Eropa” yang belum saya khatamkan tadi pagi saat di perjalanan kereta apai menuju Malang. Akhirnya saya baru menyadari adanya pesan tersebut dan membalasnya pukul 11:54 AM setelah sampai di stasiun.

Setelah menerima pesan tersebut, sambil tangan saya yang sedikit mendingin dan tubuh yang merinding, saya meneruskan pesan tersebut ke group whatsapp pengurus @AIMI_Malang . Betapa terkejut dan pedih hati saya mendapati seorang kawan yang merupakan pengurus mengatakan bahwa bunda Ayu meninggal saat sedang memompa/memerah ASI di toilet kereta api. Bunda Ayu tergencet di dalam toilet saat peristiwa kecelakaan terjadi. Bunda Ayu adalah 1 dari 3 korban yang meninggal dalam kecelakaan kereta api Malabar jurusan Bandung – Malang yang terguling akibat rel yang longsor di daerah Ciawi. Pelupuk mata saya meleleh.

Sesampainya di rumah, saya memeluk mama erat. Dengan merinding, saya cerita ke mama tentang apa yang baru saja saya alami. Betapa hikmah yang Allah titipkan hari ini membuat saya sadar ibu adalah pahlawan bagi semua anak di dunia. Tanpa lelah memperjuangkan memberikan makanan terbaik bagi bayi (ASI), meski harus menahan lelah dan berada di tempat yang kurang nyaman (toilet merupakan tempat yang kurang layak untuk memerah ASI karena jelas penuh dengan kuman dan belum tentu memiliki bau yang sedap). Semoga kelak pemerintah lebih menghargai hak asasi ibu menyusui dan menyediakan tempat yang lebih layak bagi ibu yang ingin menyusui di tempat-tempat umum, sehingga tidak harus berjuang di toilet, gudang, atau tempat tidak layak lain ketika mereka harus menyusui atau memerah ASI.

Alhamdulillah, Insya Allah besok pihak AIMI Malang akan menghubungi ayah atau wali dari Muhammad Daffa Althaf Purnama. Semoga Daffa dapat memperoleh ASI minimal hingga umurnya 1 tahun. Syukur jika ada yang ingin mendonor ASI hingga dia berusia 2 tahun. Semoga bunda Ayu tenang di sisi Allah SWT. Semoga dapat terhitung sebagai kematian dalam keadaan jihad. Amin ya Rabbal alamin. Daffa, kelak kau akan bangga nak, memilki ibu kandung yang luar biasa hebat memperjuangkanmu. I’m grateful to be a lactation counselor. I’m really proud with Mom Ayu. This is a tribute for mom Ayu. I hope, this simple note will inspire other moms to be fighter and more survive to breastfeed her baby.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline