Lihat ke Halaman Asli

Paham Sekuler di Masyarakat Negeri Ini

Diperbarui: 24 Juni 2015   23:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Begitu banyaknya pemberitaan dan opini yang bermunculan tentang terpilihnya orang DKI 1 membuat saya berfikir. Apa yang sebenarnya tengah terjadi di masyrakat? Pemikiran macam apa yang mendominasi orang-orang? Kenapa penduduk yang mayoritas muslim menjatuhkan pilihan pada orang nonmuslim?

Sebenarnya semakin banyak seseorang dihujat maka semakin tenarlah dia. Karena pada dasarnya mencela orang lain tak jauh beda dengan memuji-mujinya, terkadang efeknya malah lebih dahsyat.

Saat kita menghujat maka secara tidak langsung kita memberikan dorongan pada orang lain untuk memperhatikan si terhujat. Semakin ‘heboh’ menghinanya semakin banyak pula orang yang penasaran. Lalu banyak yang mencari berita untuk validitas apakah yang didengarnya benar. Hingga pada akhirnya setiap orang punya pandangan tersendiri, entah ikut-ikutan menghujat atau malah terkagum-kagum.

Mungkin inilah salah satu faktor yang membuat orang DKI 1 sekarang semakin popular. Isu SARA sepertinya kurang mendapat respon, tapi sayangnya SARA disinipun berat sebelah. Jika menyangkut agama diluar islam maka banyak yang akan membela termasuk orang islam itu sendiri. tapi jika yang jadi “terdakwa” adalah islam maka kecaman dan tuduhan sontak bertubi-tubi terlontar seperti fundamentalis, fanatik dan teroris.

Jika banyak diluar negeri kaum minoritas islam jadi bulan-bulanan, misalnya saja Palestina, Chechnya, Pattani, Rohingya, India, Filipina, dan Rusia, namun berbeda sekali yang terjadi dengan negara berpenduduk muslim terbesar dunia ini. Entah mengapa jika saudara beda agama yang teraniya begitu semangat membela, tapi melihat saudara seakidah di luar sana yang dibantai habis-habisan tak sedikitpun hati nurani terusik. Malah sesama umat Islam saling mencela dan menghina.

Tulisan ini tidak bermaksud memprovokasi, karena dalam Islam pun ada ayat agar menjaga hubungan baik dengan orang kafir yang tidak memerangi agama islam. Tapi sayangnya umat islam sendiri terlena dan makin jauh dari agama. Bahkan ada yang berpendapat agama hanya diterapkan saat melakukan ibadah-ibadah seperti sholat, puasa, dan mengaji. Saat berbicara tatanan masyrakat, ilmu pengetahuan, teknologi dan politik orang Islam sendiri tak mau menggunakan tuntunan islam.

Mungkin inilah yang disebut dengan paham sekularis. Dalam kamus Bahasa Indonesia sekularis artinya penganut aliran yang menghendaki agar kesusilaan atau budi pekerti tidak didasarkan pada ajaran agama. Padahal islam sebagai way of life sangat lengkap dalam mengatur kehidupan masyarakat dari ber-istinja’ sampai bernegara. Seolah-olah tuntunan budi pekerti dan akhlaq yang baik yang terdapat dalam islam tidak patut diterapkan di kehidupan sehari-hari.

Banyak yang berpandangan bahwa bencana dan kejadian alam yang terjadi di Indonesia tidak ada hubungannya dengan Allah. Seolah-olah hal itu adalah sesuatu yang wajar, sama sekali tidak dipengaruhi oleh manusia yang terus saja melakukan kerusakan di muka bumi. Orang islam sekuler menolak pemahaman kalau melakukan maksiat akan mendapat azab. Tidak ada sangkut pautnya antara gempa dengan kemaksiatan yang dilakukan penduduknya.

Padahal banyak ayat dalam Al Quran yang mengabarkan bagaimana suatu kaum ditimpa gempa hingga binasa karena durhaka pada Allah.

Allah berfirman: “Sudah merasa amankah kamu, bahwa Dia yang di langit tidak akan membuat kamu di telan bumi ketika tiba-tiba ia terguncang?” (Q.S. Al Mulk: 16)

Paham sekuler juga menolak pandangan kalau keimanan pemimpin berpengaruh pada keberhasilan kepemimpinannya. Banyak yang membandingkan dengan pemimpin-pemimpin luar negeri yang notabene bukan muslim tapi berhasil memajukan daerahnya.

Sesungguhnya pemimpin yang zalim apalgi kafir tidaklah mendatangkan kebaikan. Seandainya tampak kemajuan dalam masa kepemimpinannya itu hanya tenggang waktu yang diberikan Allah sampai Dia berkenan memberikan keputusanNya. Dan Allah tidak pernah ingkar terhadap janjinya.

“Kami biarkan mereka bersenang-senang sebentar, kemudian Kami paksa mereka (masuk) ke dalam azab yang sangat keras.” (Luqman:24)

Sayangnya pandangan sekuler ini terus merebak hingga membuat umat yang berjumlah banyak menjadi lemah dan tak berdaya. Saat ada yang mengingatkan akan jauhnya mereka dari hukum Allah langsung saja para pelaku kezaliman merasa begitu marah dan melontarkan hinaan dan cacian yang sangat menyakitkan.

“Seandainya kebenaran itu menuruti keinginan mereka, pasti binasalah langit dan bumi dan semua yang ada di dalamnya. Bahkan, Kami telah memberikan peringatan kepada mereka, tetapi mereka berpaling dari peringatan itu.” (Al Mu’minun: 71)

Meskiada perintah untuk menjaga hubungan baik dengan orang-orang kafir tapi tak selayaknya umat islam memilih orang kafir sebagai pemimpin. Dalam Al Quran secara tegas melarang hal tersebut. “Jangan orang-orang beriman menjadikan orang kafir sebagai pemimpin, melainkan orang-orang beriman...” (Ali Imran:3)

Telah banyak peringatan Allah terhadap bangsa ini dikarenakan pemimpin-pemimpin yang zalim, rakyat yang cenderung pada kemaksiatan, dan suka berbuat kerusakan di darat dan laut. Belum cukupkah itu bagi kita?

Mungkin hanya sedikit yang menyadari bahwa kemarau panjang yang kita alami sekarang adalah peringatan agar kembali bertaubat. Bangsa yang dulu digadang-gadang subur makmur, menanam tongkat tumbuh jadi tanaman sekarang jadi kekeringan. Dibeberapa daerah kekurangan air bersih karena mata air telah surut airnya. Apakah harus menunggu sampai seluruh Indonesia kering tanpa air baru kita tersadar?

“Katakanlah (Muhammad), “Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering, maka siapa yang akan memberimu air yang mengalir?” (Al Qalam:30)

Maha Suci Allah. La haula wala kuwata illa billah.

Semoga kita terhindar dari kemurkaan Allah yang tidak hanya menimpa orang-orang zalim tapi juga orang-orang beriman yang ada diantara mereka. Disebabkan orang-orang beriman itu diam saja saat melihat kezaliman yang ada disekitarnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline