Lihat ke Halaman Asli

Ummi Choiriyah

Mahasiswa S1 di UIN SAIZU PURWOKERTO

Problematika Dakwah dalam Kehidupan Sosial

Diperbarui: 29 Mei 2024   07:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Problematika didalam dakwah banyak kita temui dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya terdapat dalam kehidupan sosial. Permasalahan yang ada timbul disebabkan situasi ataupun kondisi yang terjadi didalam masyarakat. Terkadang mereka juga menolak menerima pesan dakwah karena alasan dalam kepentingan pribadi, tradisi, ataupun ketidakpercayaan terhadap sumber dakwah tersebut. Seiring dengan perkembangan dakwah yang pesat tidak membuat problem ini dapat diatasi dengan mudah. Kita lihat didalam kehidupan sosial pada era sekarang masih ada masyarakat yang menggunakan budaya partiarki. Yang mana patriarki sendiri adalah menempatkan laki-laki sebagai pemegang utama dan mendominasi dalam peran kepemimpinan. Kondisi ini tidak baik jika tetap dibiarkan menjadi asumsi masyarakat, dan apabila hal ini dibiarkan secara berterusan, maka keberadaan perempuan hanya sebagai pelengkap laki-laki. Dari pandangan islam sendiri menjelaskan bahwa perempuan itu juga mempunyai hak-hak seperti laki-laki diantaranya, didalam hak-hak politik, hak memilih pekerjaan dan hak memperoleh pekerjaan.

Dalam masalah pekerjaan, didalam Al-quran dijelakan dalam surah al-jumuah ayat 62 yang artinya " Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu dimuka bumi, dan carilah kanuria Allah, dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung". Dari ayat ini menjelaskan bahwa bekerja merupakan bagian dari pengabdian terhadap Allah Swt. Apapun pekerjaannya selama dilakukan secara halal maka akan bernilai jihad fisabilillah, baik yang melakukannya laki-laki maupun perempuan. Perempuan itu seperti halnya laki-laki, dituntut juga untuk bekerja agar mendapatkan kehidupan yang layak ataupun untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarganya. Dan perempuan bisa bekerja dimana saja, baik dirumah maupun diluar  disesuaikan  dengan kapasitas kemampuannya. Kita lihat pada realita banyak perempuan di Indonesia bekerja sebagai pekerja rumah tangga, baik itu didalam negeri maupun luar negeri. Sebenarnya pekerjaan tersebut tidak jauh beda dengan pekerjaan-pekerjaan yang lainnya, tetapi terkadang masih banyak yang memandang rendah akan pekerjaan tersebut.

Padahal para pekerja rumah tangga juga memiiki peran dan jasa yang besar bagi majikannya. Contoh saja orang kaya yang memiliki rumah besar dan disibukan banyak pekerjaan, apakah dia bisa membersihkan rumahnya sendiri ?, tentu saja tidak, pastilah dia akan membutuhkan pekerja rumah tangga untuk membantu mengurus dan merawat rumahnya tersebut. Lalu bagaimana cara merelasikan antara majikan dengan pekerja rumah tangga? dalam sumber islam terdapat petunjuk yang menarik, walaupun tidak dijelaskan secara rinci didalam Al- Quran tetapi banyak hadis yang menguraikannya. Sebagai sama-sama manusia, majikan juga harus memperlakukan pekerja rumah tangga dengan baik dan mengupahnya sesuai dengan kebutuhan yang mencukupi. Dalam sebuah hadis riwayat muslim, Rasulullah bersabda :

'' Para pekerja rumah tangga adalah saudara-saudaramu. Allah menjadikan mereka dibawah kekuasaanmu. Maka berilah makan dari apa yang kamu makan, berilah pakaian seperti yang kamu pakai, dan janganlah membebani pekerjaan yang tidak mampu mereka kerjakan". ( HR. Muslim).

Seorang ulama dan ahli hadis yang bernama Syaikh Ibnu Mundzir mengatakan para ulama sepakat berpendapat bahwa pekerja rumah tangga wajin diberi makan seperti makanan majikannya dan wajib diberi pakaian seperti pakaian majikannya, bahkan lebih utama jika diberi yang lebih baik dari apa yang biasa dipakainya. Para pekerja rumah tangga juga harus diperlakukan dengan baik tidak boleh direndahkan layaknya seperti budak, sebab pekerja rumah tangga juga manusia yang merdeka. Para pekerja rumah tangga juga mempunyai hak untuk tidak diperlakukan dengan cara-cara kasar. Ketika majikan melakukan kesalahan, baik disengaja maupun tidak, didalam etik keislman mewajibkan untuk meminta maaf. Mengapa demikian, demikian itu untuk membalas budi atas jasa yang dilakukan oleh pekerja rumah tangga dan jangan lupa selalu mengucap terimakasih untuk menyenangkan hati pekerja rumah tangga. Dari permasalahan diatas bisa disimpulkan bahwa semua manusia baik laki-laki maupun perempuan itu mempunyai hak untuk bekerja, Negara juga sudah menjamin hak-hak setiap masyarakatnya yang mana sudah tertulis didalam UUD 1945.

Uraian diatas merupakan problem dalam kesetaraan gender, kemudian bagaimana solusi untuk mengubah pola pikir masyarakat agar sosial budaya tersebut bisa terealisasikan. para pendakwah mempunyai solusi untuk mengatasi masalah tersebut denga cara didalam ceramah dan khutbah dimana pendakwah dapat mengangkat isu-isu kesetaraan gender secara langsung. Mereka menjelaskan bagaimana ajaran islam mendukung hak-hak perempuan dan pentingnya memberikan kesempatan untuk individu berkembang. 

Kemudian partisipasi komunitas, bekerja sama denga toko-toko agama, toko masyarakat dan organisasi local untuk mengadvokasi kesetaraan gender secara bersama-sama. Karena di Indonesia banyak komunitas yang mana dengan kolaborasi tersebut bisa membantu mengatasi perbedaan dalam interpretasi agama tentang isu-isu gender dan dapat mempromosikan pesan kesetaraan secara luas. Contohnya dengan melakukan diskusi membahas tentang isu-isu gender yang relavan dalam masyarakat. Dengan diskusi tersebut meraka akan menemukan banyak kesamaan dalam nilai-nilai yang dipromosikan. 

Setelah mendiskusikan prinsip-prinsip ini, mereka merancang program-program pendidikan dan kesadaran gender diimplementsikan didalam lembaga keagamaan. Mereka juga bisa mengadakan acara seperti ceramaah, seminar dan lokakarya tentang pentingnya kesetaraan gender, kemudian menyebarkan ajaran mereka untuk menunjukan hak-hak kesamaan perempuan dan laki-laki Dan yang terakhir menyediakan dukungan dan bimbingan, pendakwah menyediakan  dan bimbingan terhadap ketidakadilan atau diskriminasi berbasis gender. Mereka  memberi saran dan praktik bangaimana cara mengatasi konflik  yang berkaitan dengan isu-isu gender. mereka berkomitmen mrnjadi inspirasi dan bantun bagi siapapun yang membutuhka perlindungan dan dukungan dalam memperjuangkan hak-hak kesetaraan. Dengan kerja sama dan komitmen yang kuat akan dengan mudah mengubah pola pikir masyarakat tentang kehidupan sosial budaya ini, agar mereka mengetahui bahwa kesetaraan itu hal yang sangat penting dalam kehidupan diseluruh dunia.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline