Lihat ke Halaman Asli

Umiyamuh

Seorang Penulis

Jika Aku Laki-laki di Keluargaku

Diperbarui: 6 Maret 2024   03:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Koleksi pribadi 

Lho, kenapa?

Aku seorang perempuan.  Tapi jika aku jadi laki-laki, aku akan tumbuh jadi laki-laki patriaki yang menganggap bahwa pekerjaan rumah adalah pekerjaan perempuan. Laki-laki tugasnya hanya mencari uang. Kerja, kerja dan kerja. Setelah lelah bekerja seharian aku mungkin akan pergi dengan kawanku lalu pulang larut malam tapi tidak mau ditegur istri sendiri. 

Menyenangkan sekali rasanya, aku akan makan tinggal makan, tanpa tahu bagaimana sebuah masakan tersaji di piring itu butuh proses, aku berpakaian wangi tinggal pakai tanpa tahu kalau pakaian itu harus dicuci dan id setrika sebelum dilipat rapi di dalam lemari. Saat rumah berantakan aku tinggal mengomel saja pada istriku, ngapain saja dia di rumah, rebahan? 

Lucu sekali bukan?

Untung saja aku bukan laki-laki yang menjadi suami di masa depan. Aku adalah perempuan dan aku haus akan ilmu dan pengajaran. Tidak, pekerjaan rumah bukan hanya tugas istri, melainkan suami. Lho, kenapa? Kan suami sudah lelah bekerja? 

Apa menurut kalian memasak, mencuci mengurus anak itu tidak bekerja? Lalu kenapa jika ada yang tanya,  "Istrimu kerja apa?? Kau hanya menjawab, "Istriku di rumah aja nggak kerja,"

Jahat sekali.

Aku akan jadi besar di lingkungan itu. Di mana semua tugas rumah hanya ibu yang menyelesaikan. Ayah makan tinggal makan, berpakaian tinggal pakai sesuka hati. Jangankan masak, seperti aku tidak pernah lihat ayahku membantu ibu untuk sekadar membalik gorengan. Itu contoh dari seorang ayah yang ada di rumahku. 

Jika aku lelaki maka itu adalah contoh yang akan aku terapkan dalam kehidupan berumah tanggaku, tapi untungnya aku bukan lelaki. Aku perempuan dan aku beruntung tidak mempunyai suami seperti ayahku. Aku tidak mau mengerjakan semuanya sendiri,  kita adalah pasangan, maka kita lakukan semuanya berdua, kita bagi tugas dan kita harus saling bicara. Komunikasi itu penting. 

Tapi Komunikasi yang aku lakukan selama ini dengan keluarga tidak komunikatif, aku hanya pihak yang harus mendengarkan tidak ada celah untukku menyampaikan pendapat.  Aku bahagia karena tidak terlahir sebagai laki-laki, karena jika aku laki-laki  aku mungkin akan menyakiti hati seorang anak perempuan yang dibesarkan dengan cinta oleh orang tuanya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline