Malam itu hujan turun. Tidak deras tapi serasa begitu lama. Tidak ada angin yang berembus, tidak ada pula kilat yang terlihat. Malam yang biasa, hanya saja hujan. Malam itu Deni dan Arpin tengah duduk di teras rumah. Seperti biasa keduanya tengah bermain gitar dan bernyanyi.
"Pin, enakan dikit dong main gitarnya!"
Arpin hanya melirik sambil terus memainkan jemarinya. Deni yang hari itu hanya ingin bernyanyi, mendengus kesal. Petikan gitar Arpin sungguh payah.
"Apa perasaanku saja, atau kau juga sama." Arpin melihat sekeliling yang gelap dan sepi. "Malam ini kaya nggak beda aja," ucapnya sambil mengusap tengkuk
Deni tertawa geli. "Yang berbeda dari malam ini cuma gerimis dan kita cuma berdua. Lagian si Gilang ke mana, sih?"
Arpin mengedikkan bahu. "Entahlah. Mungkin---"
Hoorrr ... Hoorr...Horrr ...
Sebuah suara yang seperti mengetarkan bumi itu mengagetkan keduanya.
"Pin, suara apa, itu?" Deni mencengkeran baju Arpin.
"Ssstt! Diem." Arpin menaruh telunjuknya di depan bibir. Mengisyaratkan agar Deni diam saja.