"Apa kau sungguh memaafkanku?" tanya Mila penuh harap.
Hari itu pagi-pagi sekali Mila datang ke rumah Laila. Rupanya Laila sakit sejak tiga hari lalu. Demam dan tidak dapat bangun dari tempat tidurnya. Tapi hari ini gadis berambut pendek itu sudah dapat duduk dan makan sendiri.
"Sebenarnya kau juga nggak perlu meminta maaf. Karena aku saja yang salah." Suara Laila lirih. Matanya sayu. Dia masih pusing. Mereka berdua lalu berpelukan. Satu masalah di antara mereka sudah selesai. Hingga waktu terus berlalu tiba waktunya ujian akhir semester.
"Aku selamat," ucap Henry selagi mengatur napasnya.
Laila mengerutkan kening. "Kau kenapa?"
"Lihat!"Henry menunjukan kartu tesnya.
"Kau seruangan dengan kami?" tanya Laila dengan nada tak suka. Sebaliknya Henry begitu kegirangan.
Hari pertama ujian tentu saja bahasa Indonesia. Laila duduk di barisan paling depan sedangkan Henry dan Mila duduk di barisan belakang. Jarak mereka dekat.
"Henry! Kalau kamu ketahuan bertanya lagi pada temanmu, akan Ibu hukum kamu duduk di meja Ibu," ucap seorang guru yang tengah mengawasi jalannya ulangan. Henry hanya diam. Ternyata diam-diam Mila telah memberikan contekan pada Henry sehingga dia dapat mengerjakan semua soal dengan mudah.
"Aku tahu kau memberikan semua jawaban pada Henry. Apa kau belum puas setiap hari jadi budaknya? Menuliskan catatan mengerjakan PR bahkan kau mau saja menggantikan piketnya."