Lihat ke Halaman Asli

Umiyamuh

Seorang Penulis

Diary | Hujan

Diperbarui: 25 Juli 2023   23:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Koleksi pribadi 

Berapa kali kita harus gagal pergi karena hujan? Tidak terhitung. Tapi berapa kali kita terjebak hujan? Itu adalah masa yang mungkin akan kita terus ceritakan pada anak-anak kita. Entah iu kebodohan atau memang Tuhan ingin kita terus mengingatnya. Hari di mana kita hampir tersambar petir lalu tersesat hingga di akhiri kita terjebak hujan deras. Aku dan kamu. Dalam balutan rasa dingin di bawah atap emperan sekolah dasar. Aku tahu, waktu itu cuaca mendung, awan hitam tampak menggantung di belakang saat kita berdua melakukan perjalanan sore itu. Lalu suara-suara petir dari kejauhan terdengar. Oke katamu kita lewat jalan pintas saja. Aku hanya penumpang yang mengikuti saja.

Apa kau ingat, kata orang saat sedang mendung gelap tidak di sarankan untuk kita berada di lingkungan terbuka. Lalu saat itu kita apa?

Berkendara di tengah jalan yang membelah sawah?

Rasanya telinga mau pecah. Petir sungguh menyambar pohon tidak jauh dari kami. Bahkan sepeda motor seperti terkena aliran listrik juga.

Ada juga hari di mana kita di sapa badai. Hei... itu hujan yang sangat deras, bukan?

Terasa sakitnya di wajah kita.

Angin yang menyapa seperti akan menerbangkan kita yang tengah berkendara. Lagi-lagi kita berteduh di emperan, tapi kali ini emperan toko. Suhu udara begitu dingin dengan angin yang bertiup sangat kencang. Katamu, "Ayo kita tidak perlu terus di sini. Toh, kita tetap basah juga." Dia benar, berteduh atau kita nekat hujan-hujanan sama-sama basah juga. Akhirnya kita pergi juga. Tapi kalian harus tahu, bahwa setelah kita pergi tidak ada lima menit hujan mereda.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline