"Anda baik-baik saja, Yang Mulia?" Salah seorang asisten Julia di belakang berbisik.
Julia mengangguk perlahan seolah isyarat jika dia memang baik-baik saja. Tapi keringat mengucur deras di pelipis gadis itu. Rez memang jauh hampir sepuluh langkah di hadapannya. Tapi mata lelaki itu seperti busur panah tajam yang melesat ke kepala Julia. Julia adalah tim pemasaran yang andal ketika masih hidup sebagai Yuri. Dan Julia di dunia ini adalah gadis jenius yang sudah dapat membaca ketika usianya baru empat tahun. Semua buku yang Raja kirimkan untuknya ketika kecil sudah dihafalnya.
Julia jenius tapi tidak dengan Dimitri. Ibu mereka sudah meninggal ketika usia Dimitri baru dua tahun. Hanya ada Paman yang mengaku sebagai ayah mereka yang mendampingi keduanya. Setiap bulan kerajaan dengan sembunyi-sembunyi mengirimkan bahan makanan uang dan berbagai buku kepada mereka. Uang tidak pernah sampai pada Julia atau Dimitri, sedangkan bahan makanan, sebagian di makan oleh mereka dan sebagian lainnya dijual. Sedangkan buku? Hanya benda itu yang seutuhnya untuk kedua anak itu.
Julia tidak tahu fakta ini hingga Paman yang mengaku sebagai ayahnya itu tertangkap. Sebuah fakta menjengkelkan itu merusak sebuah pemikiran bahwa Julia hidup lebih enak dari pada Yuri.
Dalam novel Julia baru dibicarakan ketika masuk ke istana sebagai seorang Putri yang dicintai Raja melebihi cintanya pada Ambeer. Yuri tidak pernah tahu jika Julia juga hidup susah dengan seorang penjahat yang mengaku sebagai ayahnya itu. Memakan hak mereka dan membebani mereka dengan utang ratusan keping emas.
Senja di istana memang lebih indah daripada senja yang biasa ditatap Julia di gedung lantai 22 saat menjadi Yuri. Ada aroma roti panggang kayu manis dan juga lavendel yang bergantian menyinggahi ruang kerjanya. Tapi wangi mawar yang Elle siapkan di pojok ruangan hari itu memabukkannya hingga tak sadar matanya tertutup. Ada sebuah kilas peristiwa yang terekam jelas di matanya. Joy, Ibu dan laut. Kehidupan masa kecil sebagai Yuri mendadak melintas di kepalanya.
"Anda baik-baik saja, Yang Mulia?"
Julia terperanjat. Suara itu tidak keras---lemah bagai bisikan. Tapi Julia tengah lenyap dari dunia itu. Dia sedang terperangkap dalam bayangan masa lalu yang jelas tak dapat digenggamnya.
"Oh, hai, Ahn ..., Ada apa?" ucap Julia kemudian sibuk membenarkan kertas-kertas di mejanya.
"Maaf jika saya mengagetkan, Yang Mulia." Lelaki itu meletakkan sebuah amplop kecoklatan dengan stempel merah keunguan lambang keluarga Duke Crimson. "Ini adalah laporan perkembangan dari bisnis yang tengah di jalani Duke Crimson di wilayah Timur. Beliau menitipkan kepada saya karena---"